Kamis, 30 Oktober 2014
Sang nouveau chap 15
Sang Nouveau chapter 14
Pesan singkat Taylor - Tatiana
Pagi my lady. bagaimana keadaanmu? Kau sudah sarapan?apa kau akan sekolah hari ini? Bolehkah aku menjemputmu?
Pertanyaan mu terlalu banyak!
Pertanyaan ku tidak lebih dari lima. jawab saja salah satu :D
Aku sudah sarapan.
Hmmm... dan kau akan ke sekolah?
Tidak.
Kenapa? Apakah kau sakit?
Tidak. aku hanya ingin meliburkan diri sehari saja. aku sudah minta izin dengan wakil kepala sekolah.
Oh. apa aku perlu meliburkan diri juga?
Untuk apa? bukannya anak kelas dua belas ada pelajaran hari ini?
Untuk menemanimu tentu saja. apa lagi.
Aku tidak perlu ditemani! kau harus sekolah! dan tidak ada tapi tapian Taylor!
:(
Jangan memelas itu sama sekali tidak berguna! kalau sampai aku mendengar kau bolos, aku akan membelah handphonemu ini menjadi dua dan kemudian dirimu!!
Okay. aku akan kesekolah.
hahaha aku selalu senang mendengar ancaman dari mulut panasmu my lady ;)
Terserah!
Hahaha. aku ingin cepat berjumpa denganmu. mencium mulut panas itu hingga membengkak dan berdenyut.
Taylor!
Sampai jumpa my lady ;D
***
Tatiana kembali menjatuhkan handphone yang dipinjamkan Taylor diatas sofa, disamping tubuhnya.
Alisnya mengkerut memandang Regina dan karyawan salon lainnya yang sedang sibuk melayani pelanggan. dia menghela nafas berat sambil menyandarkan punggungnya ke sofa.
Tanpa sadar Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman membayangkan mata yang berwarna emas itu memelas padanya kemudian menyipit saat dia mulai tertawa.
Pipi Tatiana mulai memerah ketika bayangan tubuh Taylor yang besar dan keras berada diatasnya, menghimpitnya.
Malam itu Bibir Taylor melumat bibirnya bagaikan tak ada hari esok untuk mereka.
Ciuman kasar dan menuntut itu membangkitkan gairah mereka berdua. tanpa mereka sadari pinggul mereka saling bergerak dan saling menggesek meminta lebih dari sekedar ciuman.
Inti Tatiana hingga sekarang masih bisa merasakan ereksi Taylor yang sudah siap untuk memasukinya.
Tanpa pengendalian diri Taylor, malam itu pasti mereka akan bercinta habis habisan.
Tatiana membenamkan kepalanya ke bantal sofa meratapi hati dan otaknya yang sekarang memiliki kemauan yang berbeda.
'Kau harus kuat! ingat konsekuensi yang akan kau tanggung! Kau adalah seorang guru bukan seorang penjahat kelamin!'
Tatiana dengan keras berusaha menipis rasa asing yang muncul di perutnya setiap membayangkan Taylor.
Logikanya selalu berusaha mengingatkannya akibat yang akan diterimanya apabila dia kalah akan hawa nafsu.
Tatiana meringis dalam hati.
****
"Maafkan aku membuatmu menunggu." Regina masuk kedalam kantor. Rambut lurus selehernya tergerai indah.
"Tidak apa, seharusnya aku yang minta maaf datang berkunjung di saat kau lagi sibuk." Regina mengibaskan sebelah tangannya menyuruhku untuk tidak mengeluarkan kata kata omong kosong.
"Bukankah kau seharusnya berada disekolah?" Tanyanya sambil meneguk segelas air.
"Sekolah..."
"Ah pasti sekolah diliburkan karna gosip itu kan?" sela Regina.
"Gosip?" Tanya Tatiana bingung.
"Iya. Gosip pernikahan salah satu three musketeers Dawson."
"Pernikahan? three musketeers? siapa?"
"Kau tidak tahu?"
"Tidak. bahkan aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan." balas Tatiana.
"Ya ampun kau mengajar disana tapi sama sekali tidak tahu berita yang terjadi disana."
Regina membawa laptopnya dan duduk di sebelah Tatiana. menunjukkan padanya sebuah artikel yang bertajuk.
'Kekasih baru Harold Dawson'
Dibawahnya tampak foto Mr. Harold yang baru keluar dari salah satu restoran hotel bintang lima disampingnya tampak perempuan mungil yang sangat cantik memakai gaun pink dengan jas kebesaran milik Mr. Harold tersampir di pundaknya.
Mata Tatiana membesar ketika melihat tangan si perempuan bergelayutan di lengan Mr. Harold dan mereka saling menatap.
Terlihat jelas kemesraan di foto tersebut, pantas saja media menyatakan mereka sepasang kekasih.
Tatiana mencoba melihat artikel yang lain hingga matanya menangkap sebuah artikel yang membuat hatinya mencelos saat melihat foto Taylor, Mr. Harold dan pria lainnya yang tak kalah tampan berjejer dengan tajuk.
"Three muskeeter's Dawson'
"Musketeers?" tanya Tatiana bingung.
"Ya ampun. kau benar benar tidak tahu apa apa!"
Tatiana menggelengkan kepalanya masih dengan ekspresi bingung. Regina menjentik dahi Tatiana karna gemes dengan ketidak tahuannya.
"Mereka salah satu keluarga yang masih memiliki darah bangsawan Prancis dan keluarga yang memiliki hubungan paling dekat dengan kerajaan Inggris."
Regina berhenti untuk menarik nafas dan kembali melanjutkan ceritanya.
"Mereka selalu di undang di setiap acara besar kerajaan. aku dengar pangeran William sangat dekat dengan Harold Dawson."
"Jadi karna itu mereka dipanggil three musketeers?"
"Ketampanan dan kekayaan mereka juga termasuk faktornya penting yang membuat mereka menjadi ksatria yang diidam idamkan para wanita."
Regina bercerita dengan semangat dan mata berbinar. Bisa dipastikan Regina juga mengidam idamkan three musketeers Dawson.
Tatiana tak habis pikir apa reaksi Regina kalau tahu bahwa anak murid yang bersamanya saat tahun baru adalah salah satu dari tiga ksatria Dawson.
Tatiana menelan ludah dengan susah payah. Berkonsentrasi mendengarkan informasi dari Regina.
"Dawson Corp. adalah perusahaan besar yang memiliki cabang di seluruh Eropa barat. Aset kekayaan yang mereka miliki membuat keluarga Dawson menjadi salah satu keluarga paling berpengaruh di Eropa."
"Aku rasa kau juga tahu mengenai para ksatria Dawson ini. dilihat dari pengetahuanmu yang luar biasa mengenai aset kekayaan mereka."
Tatiana memutar matanya saat melihat kepuasan dan percaya diri Regina.
"Tentu saja. Semua wanita Inggris pasti mengetahui tentang mereka."
"Maaf. aku tidak."
"Itu salah satu bukti jelas bahwa kau bukan wanita Inggris sejati." Jari telunjuk Regina membentuk tanda silang di depan wajahnya.
"Jelaskan padaku sehingga aku bisa menjadi wanita Inggris sejati." Jawab Tatiana dengan nada sarkasme.
"Tutup mulut pintar mu itu dan dengarkan baik baik. Three musketeers Dawson terdiri dari Charlie Dawson, Harold Dawson dan Taylor Dawson."
Tatiana hanya mengenal dua dari tiga. matanya kembali menatap artikel, memandang eksperesi keras yang tercetak jelas diwajahnya. kesan dingin dan mengintimidasi sangat kuat terpancar membuat tatiana bergidik.
Sekilas raut wajah pria yang bernama Charlie Dawson mengingatkannya akan Taylor dan Mr. Harold. hanya warna rambutnya yang berbeda dari dua dawson lainnya yang berwarna coklat emas dan gelap, Charlie Dawson memiliki rambut berwarna perak.
"Charlie Dawson dan Harold Dawson adalah kakak beradik, satu ayah lain ibu. sedangkan Taylor Dawson adalah anak Charlie." Mata Tatiana membesar menerima informasi tersebut.
"Tapi dia tidak terlihat seperti seseorang yang sudah punya anak?"
"Well, yang lebih mengagetkan adalah hak asuh Taylor berada di tangan Harold Dawson."
"Apa?" Regina mengangguk puas melihat wajah kagetnya Tatiana. "bukankah dia ayahnya, kenapa harus ada hak asuh?"
Regina mengangkat kedua bahunya. "aku juga tidak tahu."
"Istrinya?"
"Meninggal dunia saat melahirkan Taylor. ah! kalau tidak salah aku masih menyimpan artikel itu." Regina sibuk dengan laptopnya sedangkan Tatiana yang penasaran mendekatkan kepalanya di bahu Regina.
"Ini dia!"
'Charlie Dawson tidak menghadiri pemakaman istrinya Marissa Dawson'
Pemakaman Marissa Jean Dawson berlangsung hikmat tanpa kedatangan charlie dawson. Seperti yang dilansir salah satu juru bicara keluarga dawson, marissa meninggal dunia di kediamannya pukul 01.00 dini hari. setelah melahirkan seorang anak laki laki. Pihak keluarga menutup mulut mengenai ketidak hadiran Charlie Dawson.
"Charlie dan istrinya menikah karna di jodohkan. para wartawan menganggap sikap Charlie sebagai bentuk ketidaksukaannya terhadap perjodohan."
Regina menopang pipinya diatas lutut, memberikan pandangan simpati untuk kuburan Marissa Dawson.
Sedangkan Tatiana hanya bisa diam dan tak tahu harus berkomentar seperti apa.
Taylor Dawson, anak laki laki yang begitu sehat, ceria dan berkemauan keras membawa beban hidup tak kasat mata di bahunya.
***
Handphone Tatiana kembali berdering saat dia sedang berusaha melepaskan kedua sepatunya.
Tatiana menatap kearah layar handphone nama Taylor tertera disana. Tatiana hanya mendengus dan mengabaikan panggilan Taylor.
Ia merebahkan badan dan pikirannya yang letih keatas ranjang. Tatiana melepaskan kemejanya dan melemparnya kelantai. dia begitu malas untuk beranjak dari ranjang singlenya yang nyaman.
Mencoba menutup mata dan telinganya dari dering handphone. Tingkahnya yang seperti ini yang membuat Tatiana susah untuk membuat jarak. membuat Tatiana kesusahan untuk berpikiran tenang.
Tatiana mulai terlelap saat dering handphone berganti menjadi dering bell dan pintu yang diketok dengan tidak sabar. Tatiana terbangun, mengambil kemejanya yang berserakan dilantai dan buru buru menuju pintu.
"Iya. Sebentar." jawab Tatiana kepada tamunya yang sepertinya tidak memilki kesabaran.
Taylor berdiri didepan pintunya dengan raut wajah yang marah bercampur panik. Tenggorokan Tatiana seakan tersedak saat melihat Taylor masih memakai seragam sekolah.
Tangan Tatiana dengan cepat menarik lengan Taylor untuk masuk kedalam rumah dan langsung menutup pintu. Tatiana kembali membuka pintu, mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemennya berharap tak ada yang melihat kehadiran Taylor didepan pintu apartemennya.
Setelah menutup pintu untuk kedua kalinya. tubuhnya bergerak dengan cepat menghadap Taylor yang masih diam terpaku memandangnya dengan raut wajah yang sama kesalnya dengan Tatiana.
***********
"Kenapa kau tak mengangkat panggilan dariku?!"
"Apa kau gila?!"
Mereka berdua saling berteriak bersamaan. saling menatap kemudian kembali berteriak dengan waktu yang bersamaan.
"Aku tidak ingin mengangkatnya!"
"Siapa yang kau bilang gila!"
Kening mereka berkerut. Tatiana mengambil nafas sedangkan Taylor mengacak acak rambutnya sendiri, frustrasi.
"Kau duluan." jawab mereka bersamaan. Sebelah Alis Taylor naik begitu juga Tatiana yang kini menyilangkan kedua lengannya didepan dada.
"Ladies first." Ucap Taylor lebih dulu. Tatiana pun menghembuskan nafas keras sambil berkacak pinggang.
"Pertama, bukankah aku sudah bilang padamu jangan datang ke rumahku lagi!" Taylor ingin membantah tapi Tatiana buru buru mengakat tangannya di depan wajah Taylor.
" Dan yang kedua! apa yang kau pikirkan datang kerumahku dengan seragam sekolah lengkap?!" Tatiana berteriak menumpahkan seluruh kekesalannya.
"Cobalah untuk menggunakan isi kepalamu! bagaimana kalau ada yang melihat kedatanganmu? bagaimana kalau yang melihat adalah siswa sekolah Dawson, temenmu! Dan yang lebih parah lagi, bagaimana kalau ternyata yang melihat adalah salah satu guru?!"
"Aku tidak peduli." jawab Taylor disela sela bibirnya yang terkatup rapat.
Tatiana mendengus melihat ketidakpedulian muridnya. "aku peduli!"
"Jika aku dipecat semua karna ulah mu! bukankah sudah kukatakan padamu? apa yang kau lakukan sekarang akan membuat hidupku menjadi berakhir!"
Taylor sedikit meringis melihat kemarahan Tatiana yang seperti seekor naga. seekor naga yang menghembuskan nafas panas dari hidungnya kemudian bersiap siap menghanguskan siapapun atau apapun yang berada di depannya.
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu." ujar Taylor dengan nada frustrasi.
"Okay, aku mengerti jika kau marah. Tapi aku juga tidak seutuhnya bersalah dalam hal ini."
"Aku seperti ini karna aku mencemaskanmu. Kau sama sekali tidak membalas pesanku bahkan tidak mengangkat ribuan panggilan dariku."ucap Taylor sambil memegang bahu Tatiana. memaksanya untuk menatap mata emas milik Taylor.
"Aku benar benar ketakutan. membuatku tidak bisa bernafas dengan baik karna memikirkan hal hal buruk itu terjadi lagi padamu. karna kau... karna memikirkanmu disakiti membuat hatiku sakit."
Taylorpun menunduk sambil menggelengkan kepalanya. "bukan. bukan hanya hatiku, tapi seluruh tubuh ku juga ikut sakit."
Tatiana menghentakkan bahunya dari sentuhan Taylor. kata kata Taylor membuat emosinya semakin meradang.
"Jangan dikira hanya kau yang merasakan sakit! aku juga merasakan sakit, kau tahu?!" ucapnya geram.
"Kau sakit? dimana yang sakit?" jawab Taylor panik sambil memutar mutar tubuh Tatiana, mencari luka yang membuat Tatiana kesakitan. Tatiana kembali mendorong tubuh Taylor untuk menjauh darinya.
"Kepalaku! kepalaku sakit seperti terbelah dua memikirkan masalah yang ku hadapi semenjak bertemu denganmu! Aku berlari kesana kemari berusaha menyelesaikan masalah ini seperti wanita gila!" Tatiana tidak akan menahan amarahnya kali ini. cukup sudah kesabaran yang selama ini ditunjukkannya.
"Taylor Dawson anak laki laki pemilik kerajaan Dawson dilecehkan oleh gurunya sendiri?! Tajuk itu akan keluar di seluruh surat kabar. dan mirisnya Hanya aku yang dicap sebagai penjahat. sedangkan kau..?" tatiana mendengus menatap taylor yang membalas tatapannya nanar.
"Kau hanya akan menjadi korban! Yang benar saja. Dimana letak keadilan berada !" Tatiana mendecak geram. "Kau tahu? Bukan hanya kepalaku, hatiku juga sakit!" Tatiana memukul mukul dada kirinya. menunjukkan betapa sakit dan perih hatinya.
"Isi kepala dan isi hatiku selalu berperang, menolak untuk bekerja sama. apa yang telah kulakukan sehingga aku harus mengalami hal seperti ini? apa dosaku sehingga harus mendapatkan pelecehan seperti yang kualami kemarin! bagaimana hidupku kalau aku berhenti bekerja? bagaimana aku membayar uang kuliahku? yang mana yang harus kuturuti otak atau hatiku?" Taylor mengatupkan mulutnya rapat rapat tak kuasa melihat kerapuhan yang ditunjukkan Tatiana.
" Semua pertanyaan itu silih berganti muncul di otakku. sedangkan hatiku menginginkan hal yang tidak semestinya. aku.. aku.." air mata mulai mengenang di matanya. bibir bawahnya bergetar tak sanggup lagi menahan semua beban yang ditanggungnya.
Lengan Taylor dengan cepat melingkar di punggung Tatiana. membawa tubuh mungil Tatiana yang bergetar hanyut dalam dekapannya.
Tatiana menangis didada taylor. membasahi seragamnya dengan air mata yang sedari tadi berusaha Ia tahan.
Taylor semakin erat mendekap tubuh Tatiana, jari jarinya mengembang di punggung Tatiana. mengelus kulitnya yang terbungkus T-Shirt longgar berwarna biru.
Dagu Taylor bersandar di kepala Tatiana. memejamkan matanya sambil mendesah. Taylor sadar Tatiana adalah wanita mandiri yang keras terhadap dirinya sendiri. tidak pernah mengijinkan perasaan menganggu logikanya. sedangkan Taylor adalah laki laki yang selalu bergerak dengan insting dan hatinya.
Sisi liar Taylor lah yang paling ditakuti Tatiana. keliaran Taylor mengoyak seluruh sikap rasionalnya, memintanya untuk menjadi liar dan memecahkan seluruh tantangan dengan insting bukan logika yang sistematis.
Dia sudah pernah melepaskan logikanya dan mengikuti kata hati saat bertemu Taylor, tapi yang didapatnya adalah masalah bertubi tubi tanpa ada jalan keluar.
Sekarang yang menjadi pertanyaan besar dalam benaknya adalah...
'Bisakah dia menjauh dari Taylor dan mendapatkan kembali kehidupannya yang tenang dan sunyi?'
'Entahlah'
Tatiana meragu. seluruh tubuh dan hatinya menginginkan Taylor. perasaannya yang egois membutuhkan Taylor seutuhnya.
Tatiana menggelengkan kepalanya didada Taylor merasa frustrasi akan kebutuhannya sendiri. Taylor menangkup pipi Tatiana dan menengadahkan wajahnya.
Taylor mencium ujung mata Tatiana. merasai air mata Tatiana yang jatuh.
"Aku benar benar minta maaf atas apa yang kau alami setelah bertemu denganku. aku tidak bisa mencegah hal itu terjadi tapi aku berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan dan melindungi mu."
Alis tebalnya melengkung terlihat menyatu dengan kelopak matanya. mata emasnya menatap lurus mata Tatiana, membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan.
"Kumohon dengan sangat Jangan memintaku untuk menjauhimu.. Aku sudah pernah kau tinggalkan dan kau jauhi tapi aku tidak bisa melakukan seperti yang kau lakukan.. Aku tidak akan bisa melakukannya. " Taylor kembali menunduk mencium pelipis Tatiana.
"Aku tidak punya sisa tenaga lagi untuk menjauh darimu... aku menginginkan dirimu.. Sangat menginginkan mu..." Taylor menatap lama ke Tatiana kemudian melanjutkan dengan nada kalah dan wajah yang memelas.
"Dan Selalu dirimu my lady."
Persetan-
Tatiana tanpa aba aba langsung menarik dasi Taylor, membawa tubuhnya mendekat. Taylor hanya bisa terkejut dengan mata melebar saat Tatiana mencium bibirnya dengan antusias.
Runtuh sudah logika yang berusaha dibangunnya saat mendengar kata kata Taylor yang mengirimkan berjuta juta gelenyar kupu kupu yang terbang di perutnya.
Tatiana dengan rakus mencium, menghisap bahkan menggigit bibir Taylor. menikmati rasanya. tangannya bergerilya dirambut tebal Taylor membawa Taylor untuk semakin mendekat.
Persetan dengan segala norma dan logika. yang dia butuhkan sekarang adalah ciuman, belaian, pelukan dan sentuhan kulit Taylor yang tak akan pernah sanggup dilupakannya.
Taylor mengerang, membalas ciuman Tatiana. lidahnya membuka mulut Tatiana untuk masuk dan merasai liat lidahnya.
Tatiana menggeliat dalam pelukan Taylor. tak kuasa menahan gairah yang timbul akibat gesekan lidah mereka.
Gairahnya semakin tersulut saat membayangkan permukaan kasar lidah Taylor menggoda intinya yang membengkak dan basah.
Taylor dengan mudah mengangkat pantat Tatiana dan melingkarkan kaki jenjangnya di pinggang Taylor tanpa memutuskan ciuman mereka.
Posisi ini membuat Tatiana lebih mudah mengeksplorasi bibir Taylor. ditangkupnya kedua pipi Taylor untuk menengadah menatapnya dan memperdalam ciuman mereka.
Suara desahan dan erangan terdengar di seluruh apartemen kecil Tatiana menjadikan ruangan itu menjadi panas penuh dengan gairah.
Taylor membaringkan tubuh Tatiana disofa dan menindihnya. Bibir Taylor menghisap lama dan dalam bibir Tatiana sebelum memutuskan ciuman mereka.
Taylor melepas jas dan dasinya dalam gerakan lambat tanpa memutuskan kontak mata mereka. mata emasnya yang berkilat menjanjikan kepuasan tak terhingga pada Tatiana membuat Tatiana hanya bisa menggigit bibir bawahnya saat merasakan pangkal pahanya mulai berdenyut.
Taylor mengangkat bajunya melewati kepala menampilkan otot otot tubuhnya yang luar biasa. Tatiana bangkit dan menyentuh perut rata hingga naik ke dada bidang Taylor.
Bibir Taylor mendesis menikmati sentuhan Tatiana. tangannya menangkap tangan Tatiana dan membawanya ke bibir. mengecup tangan Tatiana dan menggigit kecil jari kelingking Tatiana.
"Katakan kau milik ku dan aku akan memuaskanmu berkali - kali." Taylor menatap lurus mata Tatiana. Tubuh Tatiana menggeliat mendengar janji yang dikumandangkan Taylor.
"Kau milikku."
Senin, 19 Mei 2014
Karma Circle (Part 5)
Menikahinya?!
Helena menyarankannya supaya ia menikah dengannya?
Arthur ingin tertawa sekarang, ini begitu konyol. Tapi kekerasan yang tampak dalam mata coklat gelap Helena menyatakan dengan jelas bahwa dia tidak bercanda.
"well?" kata Helena
"bagaimana? Kau hanya akan diam saja disitu?" Tanya Helena mengamati Arthur dengan tatapan keras dan ada sedikit nada mencemooh dari suaranya.
Kamis, 08 Mei 2014
Sang Nouveau (chap 13)
Tatiana menengadahkan kepalanya. Membiarkan air shower membasahi wajahnya. Menghilangkan bekas bekas air mata dan keringatnya.
Tatiana kembali menyabuni seluruh tubuh untuk yang kesekian kalinya, berusaha menghilangkan rasa tangan tangan kotor mereka yang berkeliaran ditubuhnya.
Dia hampir diperkosa, pikiran itu menakutinya. Tatiana memang bukan orang suci, dia memang sering melakukan hubungan sex dengan orang yang baru dikenalnya tapi bukan dengan pemaksaan seperti ini.
Perutnya kembali mual setiap bayangan mereka yang menggerayangi tubuhnya muncul lagi. Tatiana menunduk membiarkan air mendinginkan kepalanya. Menenangkan.
Knock, Knock.
Rabu, 07 Mei 2014
Sang Nouveau (chap 12)
Diego merasa heran melihat tuan mudanya begitu bersemangat berangkat kesekolah. Seringaian terus terpasang di wajahnya dari kemarin.
"Apakah ada hal baik yang terjadi tuan muda?"
"Hmm."
"Anda terlihat begitu senang."
Diego menatap pantulan diri Taylor yang menatap kejalan masih dengan senyuman diwajahnya dari kaca spion.
"Bukan sesuatu yang spesial sebenarnya. Hanya seekor kucing betina yang masih keras menampakkan cakarnya yang tumpul."
Taylor terkekeh geli. Sedangkan Diego hanya mengeryitkan alisnya tak mengerti dengan ucapan kiasan yang diucapkan situan muda.
"Walaupun saya tak mengerti maksud tuan muda. Tapi saya turut bahagia dengan kebahagiaan Anda."
Diego tak tahu kalau penolakan Tatianalah yang membuat Taylor begitu senang. dia benar benar tak sabar bertemu dengan guru barunya di kelas.
Menggoda wajah cantiknya yang angkuh, menggoda tubuh moleknya yang berkeras menolak bersentuhan dengan tubuh Taylor. Mencium habis habisan bibir penuhnya bagai tak ada hari esok, Menggigit seluruh kulit mulusnya dan membuatnya mengerang puas.




