Minggu, 19 Januari 2014
Hurt Enough (Chapter 9)
Peringatan!
Edisi dewasa
Bagi yang belum akil baliq
diharapkan untuk tidak membaca cerita ini
________________________________
Cahaya matahari mulai timbul menyeruak setelah hujan berhenti turun. Aroma dari tanah dan rumput yang basah tercium saat aku membuka pintu belakang.
Sarapan yang telah selesai ku buat ku tata rapi di meja makan. Walaupun tidak bisa dibilang sarapan lagi karna jam dinding sudah menunjukkan pukul satu kurang lima belas menit
Aku mengintip kekamar melihat Kyle yang tertidur dengan tubuh miring dan lengannya terentang luas yang menjadi bantal saat aku tidur.
Aku merangkak naik keatas ranjang. Membaringkan tubuhku menatap Kyle yang tertidur pulas. Jari jariku menyentuh rambutnya yang panjang menutupi wajah tampannya. Leher Kyle penuh luka bekas gigitanku. bahunya juga menjadi sasaran cakaranku saat mencapai klimaks. Aku berteriak dalam hati saat membayangkan kembali sentuhan sentuhan Kyle yang kedua kalinya saat kami mandi bersama.
*****
Percintaan kami yang panas dimobil membuat tubuhku masih lemas saat sampai dirumah. Kyle dalam diam menggendongku menuju kamar mandi. Kyle dengan perhatian memandikanku.
"Kau ingin berendam dengan air hangat?" Kyle bertanya padaku yang memejamkan mata saat dia membilas tubuhku dari sabun. Berendam dengan air hangat benar benar tawaran yang menggiurkan di cuaca dingin. Aku menganggukkan kepala mengiyakan.
Kyle dengan sigap langsung mengisi bak mandi dengan air hangat setelah membalut tubuhku dengan handuk. Kyle menyisir rambut basahnya kebelakang dengan tangan, memunggungiku yang berdiri tak jauh darinya.
Mataku menelusuri tulang belakang Kyle saat dia berjongkok disamping bak mandi, membuatku menelan ludah tergoda dengan punggungnya yang lebar.
Kedua tanganku menangkup wajahku yang memerah. Pikiran ku penuh dengan hal hal mesum, seperti om om hidung belang yang tak tahan melihat gadis gadis muda.
Kyle saja sama sekali tak tergoda dengan tubuh telanjangku, bahkan tak ada sekalipun sentuhannya yang melecehkan saat menyabuniku tapi tubuhku yang masih sensitif akibat percintaan kami merintih meminta sentuhannya lagi setiap Kyle berhenti menyentuhku untuk mengambil sabun.
"Kau kenapa?" tanya Kyle menatapku yang meringis sendiri dengan sebelah alisnya terangkat. Aku menggeleng tanpa melepaskan tanganku diwajah. Kyle berdiri didepanku, jari jarinya mengaitkan rambut basahku ketelinga.
"Kau tidak mau berendam? Apa tubuhmu masih sakit?"
'Ya sakit karna menginginkan sentuhanmu!' teriakku dalam hati semakin meringis. Kyle melepaskan tanganku yang berada diwajah. dia menunduk menatapku.
"Ada apa?" alisnya bersatu menatapku bingung, mata abu abu itu tampak khawatir.
"kau mau langsung Istirahat?" Kyle terus menanyakanku yang masih tetap diam hanyut dalam pandangannya. Kedua tangan Kyle menangkup wajahku, membuat tubuhku semakin panas.
Kyle yang baik dan perhatian seperti ini yang membuatku jatuh cinta, yang membuatku tak bisa meninggalkannya dalam kubangan balas dendam dan sakit hati.
aku langsung memeluk tubuh Kyle. Kyle yang bingung hanya mengelus punggungku yang mulai terisak. berkali kali kurasakan kecupannya dipuncak kepalaku.
"Aku mau berendam.." jawabku, daguku bersandar didadanya yang hangat, kepalaku terangkat menatapnya. Kyle mencium dahiku kemudian membawaku untuk berendam.
Tubuhku menjadi rileks didalam air yang hangat, sedangkan Kyle sibuk memungut baju ku dilantai kamar mandi. Aku menatapnya saat dia selesai menggosok gigi diwastafel.
"Kyle..?"
"Hhmm?" Kyle bergumam sambil berkumur, menatapku dari kaca.
"Kau tidak ingin berendam?" tanyaku sambil merunduk disisi bak mandi.
"Aku tidak masalah dengan berbagi"
aku semakin mendekat ke sisi bak mandi memberikan ruang kosong untuk Kyle. kugigit bibir bawahku merasa malu dengan sikap agresifku.
Aku melirik kearah Kyle yang hanya diam menatapku dari balik kaca. Kyle tiba tiba melepas celana jinsnya dan mulai masuk kebak mandi, memposisikan dirinya dibelakangku. aku hanya menunduk malu tak sanggup melirik kearahnya lagi.
"Aku masih tidak percaya kalau baru kemarin kau kehilangan keperawanan mu." Kyle menarik punggungku menempel ketubuhnya.
Kyle mengaitkan jari jarinya dengan Jari jariku yang mencengkeram sisi bak mandi. Bibirnya menyentuh telinga kananku, menggigit kecil. aku mencoba menahan desahan ku dengan menggigit bibir bawahku.
"Kau sedang merencanakan apa Joanna?" bisiknya, tangannya membawa tanganku untuk menyentuh rahang turun dengan lambat menyentuh leherku.
"Kau ingin aku menyentuh mu lagi, Joanna?"
kepala Kyle berpindah membisik ditelinga kiriku. Tanganku yang dibawanya membelai bahuku naik turun hanya berjarak beberapa Inci dari puncak payudaraku yang sudah mengeras.
"Katakan, Joanna. Mengapa kau memprovokasiku dengan kalimat - kalimat agresifmu?"
Aku bisa mendengar geraman ditenggorokan Kyle. Tangannya yang lain masih berada di pinggangku, Ibu jarinya mengelus kulit pinggangku. Awan gelap hasrat mulai berputar dikepalaku.
"Kau suka saat aku mengasarimu?"
Kyle membawa tanganku untuk meremas payudaraku. Lenguhan keluar dari mulutku. Aku bisa merasakan ereksinya mulai tegang dibokongku.
"Aku berusaha untuk tidak menyakitimu, seharusnya aku mengembalikanmu bukannya menyentuhmu lagi. kau belum sembuh untuk bisa melakukan ini."
Jari jari Kyle masuk kedalam organ intimku tiba tiba, membuatku terlonjak. Aku semakin kuat menggigit bibir untuk menahan pekikan yang hampir terlontar dari mulutku.
Tanganku yang bebas mencakar tangannya yang berada diorgan intimku. Bibir Kyle menyentuh belakang leherku yang menunduk menahan getaran disekujur tubuh.
"Kau... tidak membuatku takut Kyle... kata kata dan perbuatan mu yang kasar tak akan membuatku berlari menjauhimu"
Kyle berhenti menggigit belakang leherku. tanganku menggapai kepalanya untuk mendekat kewajahku.
"Kau tahu alasannya dan kau tidak pernah menyakitiku, aku membutuhkanmu." bibirku mencium bibirnya yang terbuka dengan berani kuselipkan lidahku kedalam bibirnya, merasai dalam mulutnya seperti yang pernah dilakukannya padaku.
Tangan Kyle yang berada didalamku, keluar dan memutar tubuhku untuk menghadapnya.
Kedua tanganku yang bebas memegang kepalanya untuk tak bergerak.
Aku berdiri diatas lututku untuk melumat bibirnya dengan leluasa kepala Kyle mendongak menerima lumatanku dibibirnya. tangannya mengelus pahaku sedangkan tangan yang lain naik kepunggungku, menekannya untuk merapat ketubuh Kyle.
"Kau menginginkan ku Kyle? kau membutuhkanku?" tanyaku disela sela ciuman. bibirku berpindah di lehernya. tanganku menjambak rambut panjang Kyle kebelakang untuk memberikan akses bagiku mencium lehernya.
Kyle mengerang pelan dalam tenggorokannya. bibirku naik menjelajah rahangnya. aku melupakan rasa malu dengan berani menggigit telinganya dan memprovokasinya.
"Katakan Kyle kalau kau menginginkanku." bisikku ditelinganya. Pahaku yang merapat ketubuhnya merasakan kejantanannya yang tegak. tangannya semakin cepat mengelus pahaku.
"Buruk. ini buruk" gumamannya.
Mata Kyle yang tadinya menutup terbuka menatapku dengan gairah.
"Buka kakimu, duduk diatasku" Kyle memerintah dengan suara yang berat dan serak karna menahan gairahnya. Aku mengikuti perintah Kyle dan mengangkangi tubuh kyle.
Tanpa Aba Aba Kyle langsung menurunkan pinggangku kebawah, membuat kejantanan Kyle masuk seluruhnya. kepalaku tenggelam dalam relungan leher Kyle. tanganku mencakar dada Kyle menahan rasa nikmat yang luar biasa.
Kyle mencengkeram bokongku dan bergerak dibawahku, mendorong dengan kasar dan cepat seperti memberi jawaban atas pertanyaanku. aku hanyut dalam sensualitas sentuhan Kyle, tidak ada lagi rasa sakit yang ada hanya rasa nikmat tak tergantikan yang membuatku sampai pada ketepian orgasme.
"A.. aku membutuhkan mu" Kyle berbisik ditengah erangan dan lenguhannya saat kami jatuh pada klimaks yang sama yang membuatku lemah dan kesadaranku mulai menghilang dalam dekapannya.
*****
"Hai. kau mau sarapan?" tanyaku padanya yang mulai terbangun. Kyle hanya bergumam bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. aku mendesah melihat tingkahnya yang mulai menjauh dariku lagi.
Setiap aku berhasil membuatnya berjalan kedepan bersamaku selangkah pasti dia akan mulai mundur dua langkah dibelakangku.
Aku membiarkannya sarapan sendiri, aku lebih senang berkutat di ruang kerja kakeknya sampai sore membaca buku buku yang belum selesai kubaca.
Aku menarik buku dengan sampul kulit tebal. tulisan disampulnya ditulis dengan huruf tegak bersambung yang indah.
Geliebte
Buku itu merupakan album foto. didalamnya terdapat banyak foto dua anak kecil yang bermain di kolam dan ayunan taman. tawa mereka begitu riang, anak perempuan dengan rambut pirang cokelat dan kulit putih tertawa duduk diatas bahu kakak laki lakinya yang tersenyum bangga melihat kearah kamera.
Mereka berdua tampak ceria, aku juga melihat dua wajah yang ada dilukisan diruang perapian tapi dengan raut wajah lebih tua dan dewasa tersenyum bahagia dengan dua orang anak kecil di pangkuan mereka.
Aku ikut tersenyum melihat keceriaan mereka, aku tahu pasti dua anak dalam foto yang terlihat bahagia ini adalah Kyle dan Nora.
Nora terlihat sangat manja selalu berada disamping Kyle. Tangan Nora selalu memegang tangan atau baju Kyle dan Kyle selalu tertawa menatap adik perempuannya.
"Mau sampai berapa lama kau disana?" Kyle bersandar didepan pintu menatapku yang duduk bersila didepan rak buku.
"Maaf, kalau sudah mulai membaca aku sering lupa waktu"
Mata Kyle hanya menyipit menatapku kemudian dia masuk dan duduk di kursi.
"Aku tahu"
Aku hanya mengangkat Kedua alisku tak mengerti
"Aku selalu melihatmu duduk ditaman membaca buku selama berjam jam. Apa kau tidak bosan?" Tanya Kyle
"Karna aku menyukainya, jadi aku tidak akan pernah bosan" aku tersenyum menanggapi anggapannya.
"Kenapa kau tidak keluar seperti gadis gadis yang lain, seperti shoping, hangout, menggosip atau apalah namanya yang biasa kalian para wanita lakukan saat berkumpul?"
Aku memutar kedua bola mataku mendengar pertanyaan Kyle yang seperti mempertanyakan kenapa aku makan burger sedangkan wanita yang lainnya sibuk dengan makanan diet.
"Aku ya aku. Apapun yang kulakukan karna aku menyukainya dan kenapa aku tidak melakukannya karna aku tidak menyukainya. paham?"
"Tapi.."
"Siapa ini?" ku angkat album foto kearah Kyle, membuatnya berhenti memprotes jawabanku. Kyle menatap Foto hitam putih seorang wanita berwajah mungil dengan senyum cerah dibibirnya.
"Ibuku" jawabnya dengan raut muka yang berubah. aku membawa kembali album foto kepangkuanku, ku tatap wajah wanita muda dalam foto untuk mencari kemiripannya dengan Kyle.
Aku memasukkan kembali album foto kedalam rak. Berdiri mendekatinya tapi Kyle sudah berdiri duluan dan berjalan keluar dari ruang kerja.
Aku hanya menghela nafas melihat jarak yang mulai dibentangnya diantara kami. Dinding pertahanan Kyle semakin jebol setiap kali kenangan kenangan kelam yang ingin dikuburnya satu persatu mulai keluar mencekiknya.
_____________________________
yaph segini dulu chapter 9 nya... :D
Mungkin banyak yang nggak mengerti inti dari chapter ini
Tidak apa-apa, karna ini cerita yang masih jauh dari sempurna dan bisa dibilang masih amatir
Jadi dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk membantu saya menjadi lebih baik lagi baik itu dari segi penulisan ataupun permasalahan cerita
Dan beribu ribu terima kasih yang udah mau membaca, memvote dan mengomentari cerita saya selama ini
You all the best
Selamat membaca
Diana.w
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar