Jumat, 24 Januari 2014

Sang Nouveau (chapter 7)

Cerita ini di dedikasikan pada temen baruku yang udah mau mampir dan membaca cerita gaje ku :D
ICH BYRNE ^^


" You're my Lady"

Taylor menyeringai senang menatap Tatiana yang hanya bisa melongo melihatnya.

"Kau gila?!" Teriak Tatiana yang geram melihat seringaian bodoh Taylor.

"Tidak terlalu, aku hanya terlalu malas untuk berpikir." Jawab Taylor sambil menggigit bibir bawahnya seperti berpikir keras, tapi tangan Taylor mulai menggerayangi paha Tatiana yang terbuka karna roknya yang tersingkap. Tatiana langsung menampar keras punggung tangan Taylor.

"Kau memang gila! Cobalah menggunakan otakmu dan, jangan sentuh aku."
Tatiana semakin kencang memukul mukul tangan Taylor dan membuatnya menjauh dari tubuh Tatiana.

"Wo.. wo.. tenang my Lady"

Taylor mengangkat kedua tangannya untuk menjadi tameng dari pukulan Tatiana yang semakin menggila.



Tatiana membiarkan tangannya bergerak sembarangan memukul tubuh Taylor untuk melepaskan rasa frustrasi dan bingungnya terhadap situasi yang pelik ini.

"Kau bilang tenang?! dalam keadaan seperti ini kau menyuruhku tenang?! Dasar kau orang gila!" Tatiana turun dari tempat tidur memukul Taylor yang merunduk melindungi kepalanya.

Tatiana berhenti memukul saat tubuhnya mulai limbung lagi. Taylor dengan sigap langsung menangkap tubuhnya.

"Kau sedang anemia, melakukan hal brutal seperti tadi akan membuat kepalamu semakin pusing dan berkunang kunang, my Lady" Tatiana menggeram mendengar cemoohan Taylor.

Taylor langsung mengangkat tubuh Tatiana dan membaringkannya ditempat tidur. Seringaian tak berhenti henti tercetak diwajah tampannya.

Matanya melihat dengan intens dari rambut hingga payudara Tatiana.

Tatiana ingin menyentuh wajahnya rambut ikalnya yang berantakan dan melepas rindu selama empat Minggu lebih tak bertemu.

Tatiana langsung menutup wajah dengan kedua tanggannya. mulai terisak frustrasi akibat pikiran dan hatinya yang tidak bisa berkompromi membuat kepalanya semakin berdenyut-denyut.

"Sssh... kenapa my Lady" suara Taylor begitu lembut menghiburnya. tangannya yang menggenggam pergelangan tangan Tatiana mengusap usap kulit Tatiana dengan Ibu jarinya.

"Kenapa kau terlihat begitu tua?"tanya Tatiana frustrasi.

"Apa?"

Tatiana bangkit dari tidurnya menatap wajah tampan Taylor yang duduk ditepi tempat tidur dengan seksama.

"Kenapa wajah tampanmu terlihat begitu tua dari umurmu? kenapa tubuhmu begitu besar dan berotot? kenapa?!" Tatiana menarik kerah seragam Taylor. Dahinya berkerut frustrasi.

"Aku benar benar tidak bisa membedakan maksud kata kata mu, apa kau sedang memujiku atau menghinaku?" kedua alis Taylor naik.

"Lihat, seragam ini bahkan tak cocok kau pakai. Kau terlihat muda. Oh, God!" Tatiana melihat kearah tangannya menarik blazer Taylor yang berwarna biru dongker dengan lambang Dawson High School tersemat didada kirinya.

Tatiana kembali memukul mukul dada Taylor tidak sekeras tadi karna tenaganya yang melemah akibat kekurangan darah.

"Kenapa aku bisa begitu bodoh. Sehingga tidak bisa membedakan seorang pria dan seorang anak laki laki?" suara Tatiana menjadi lirih hampir seperti bisikan.

"Kenapa tidak mahasiswa atau yang lainnya asalkan jangan anak sekolahan?!"

Taylor langsung membawa Tatiana kedalam pelukannya. Tertawa geli melihat tingkah wanita didepannya.

"Aku juga tidak bisa membedakan seorang wanita dengan seorang anak perempuan. tubuhmu begitu mungil, Tapi padat aku menyukainya." Taylor terkekeh sedangkan Tatiana memutar matanya mendorong Taylor menjauh dari tubuhnya.

"Kau masih bisa tertawa? Di saat saat runyam seperti ini kau masih bisa tertawa?" mata Tatiana menyipit memandang Taylor. Kepala Tatiana mulai menggeleng frustrasi.

"Aku punya kelebihan dalam memeriahkan suasana. Teman temanku bilang suasana tidak akan menjadi ramai tanpa aku" Taylor tersenyum bangga terhadap dirinya dibalas Tatiana dengan wajah kecut.

"Kau bodoh atau pura pura bodoh? kau bukan memeriahkan suasana tapi mengeruhkan suasana." mata Tatiana melotot membuat Taylor dengan cepat mengatupkan bibirnya.

"Kenapa kau tak mengatakan padaku kalau kau masih sekolah?" Tatiana mendesis pada Taylor.

"Haruskah? Seingatku kita tak punya waktu untuk berbicara selain hanya untuk mendesah dan mengerang. Kaulah yang paling aktif dibagian itu saat mulutku sibuk memuaskanmu dan aku tak punya kesempatan untuk berbicara. Sama. Sekali" Taylor menekankan kata kata terakhirnya membuat Tatiana memutar matanya melihat mimik muka Taylor yang konyol.

"Terimakasih sudah mengingatkan ku atas perbuatan kriminalitasku." Jawab Tatiana ikut mendramatisir suaranya.

"You're welcome my Lady"

Taylor dengan seringaiannya mendekatkan wajahnya ke Tatiana hendak menciumnya. Tangan Tatiana langsung menangkup wajah Taylor dan mendorongnya menjauh.

"Seriously?!" Tatiana semakin mendorong wajah Taylor yang masih memajukan wajahnya untuk mencium Tatiana.

"Kenapa kau mendorongku?" Taylor cemberut dengan wajah tak berdosa membuat Tatiana makin kesal dan geram.

Tatiana menghembuskan nafas mencoba mengontrol amarahnya. Tatiana menutup Kedua matanya mulai menghirup udara dan mengeluarkannya.

"Kau seharusnya istirahat bukan melakukan yoga"

"don't disturb Taylor. Give me a moment to calm my mind. Please." Taylor menaikkan kedua bahunya acuh. Memperhatikan wajah Tatiana yang sibuk mengatur pikirannya.

"Tik.. tok..tik..tok."

"Shut-up Taylor."

"Tik tok tik tok tik tok" Taylor semakin cepat mengulang kata katanya, benar benar membuat kemarahan Tatiana naik hingga ke ubun ubun.

"Shut-up Taylor!" Tatiana membuka matanya menatap Taylor masih dengan wajah acuhnya.

"Aku bosan menunggu mu bersemedi." Taylor memutar matanya. Tangan Tatiana terangkat memijat dahinya yang berdenyut denyut. Taylor mulai naik keatas tempat tidur.

" Aku sudah terlalu lama menunggu dan mencarimu." Taylor mengambil tangan Tatiana dan membawanya ke bibir Taylor. Tatiana terasa tersengat oleh sentuhan bibir Taylor, perutnya mulai bergolak, mengingatkannya dengan sentuhan sentuhan taylor dimalam tahun baru.

Taylor menatap mata Tatiana yang mulai goyah terbakar gairah. Bibir Taylor mencium satu persatu jari lentik Tatiana. Membelai tangan halus Tatiana hingga kepergelangan tangannya.

"Aku marah kau pergi begitu saja setelah malam panas kita dengan selembar kertas yang tertuliskan nomor handphone yang tidak aktif." ibu jari Tatiana digigit, membuat tubuh Tatiana berdenyut akibat gigitannya.
Tatiana tidak tahu bagaimana marahnya Taylor saat bangun dan ditinggal sendiri di tempat tidur besar dan mewah dikamar hotel. Taylor yang tak bisa menghubungi nomor yang diberikan Tatiana semakin emosi dan menyalahkan Diego atas kepergian tatiana. Empat minggu lebih dihabiskannya diluar bersama Diego hanya untuk mencari keberadaan tatiana.

Pamannya yang marah begitu mendengar absensinya langsung menelpon Diego dan memberi ultimatum kepada taylor.

"datang kesekolah hari ini juga sebelum aku yang menyeret lehermu kesini! Jangan sampai nenek Mandy mendengar kelakuannmu yang tidak bertangung jawab seperti ini Taylor. Kau tahu apa yang bisa diperbuatnya padamu dan tidak akan ada lagi pamanmu yang baik hati yang bisa menolongmu"

Taylor mau tak mau menuruti perintah paman tersayangnya dan menemukan wanita yang dicarinya berdiri diatas tangga.

Walaupun wajahnya yang cantik ditutupi kacamata, tak bisa mengurangi sensualitas tubuhnya dan bibir penuhnya.

Taylor tidak bisa berhenti menatapnya begitu juga Tatiana yang tak bisa melawan tatapan Taylor yang begitu menghipnotis dan intens. Tatiana merasa ditelanjangi hanya dengan tatapan mata cokelat keemasan Taylor.

"Aku ingin sekali menyeretmu kembali kekamar hotel dan membuat mu gila akan gairah, membuat ku gila karna desahan dan eranganmu yang manis saat aku berhasil memuaskanmu."

Wajah Tatiana memerah bukan hanya karna mengingat kejadian itu tapi karna menahan tubuhnya yang menginginkan hal itu kembali terjadi.

Bibir Taylor naik mencium bahunya, tangannya yang bebas memegang leher Tatiana. Tatiana menggigit bibirnya menahan desahan yang hampir keluar saat lidah Taylor membelai lehernya. Ibu jari Taylor mengusap usap rahangnya dengan gerakan lambat.

"Kau sengaja membohongiku dengan memberikan nomor palsu?"

Bibir Taylor semakin naik ketelinganya, menggigit daun telinga Tatiana yang polos. Tatiana memiringkan kepalanya ke sisi lain memberikan akses penuh bagi Taylor menjilati lehernya.

Tangan Tatiana naik menyentuh dada bidang Taylor. Tatiana bisa merasakan detak jantung Taylor yang cepat sama seperti dia.

Isi kepala Tatiana mulai berperang melawan gairah dari tubuhnya yang sensitif meminta sentuhan Taylor.

"Hentikan" Bisiknya.

Tatiana dengan terengah engah mendorong tubuh Taylor menjauh.

"Kita- perlu-bicara-Taylor." nafas tatiana yang masih tersengal sengal membuatnya susah untuk berbicara. "please."

Taylor menjauhkan tangannya dari tubuh Tatiana. Mengangguk sambil mencibir pada Tatiana.

"Kita belum menjadi guru dan murid saat malam tahun baru tapi sekarang aku adalah guru." Tatiana menunjuk dirinya "dan kau murid" kemudian Tatiana menunjuk Taylor yang menatap gerakan tangan Tatiana.

"Yang berarti aku dan kau harus melupakan kejadian itu. Anggap kejadian itu tak pernah terjadi. Kau dan aku tidak dan belum pernah bertemu sebelumnya. Kau mengerti?"

Tatiana menjelaskan dengan lambat kepada Taylor seakan akan Taylor adalah monyet yang diajarkan cara membedakan yang mana pisang dan apel.

"Aku tidak mau melupakannya. Kita sudah pernah bertemu bahkan menghabiskan malam bersama. Aku sudah mengetahui dan mengenal isi dalam bajumu. untuk apa aku melupakannya?" Taylor menunjuk kancing kemeja Tatiana paling atas dengan mata sayu. Tatiana langsung menampar tangan Taylor.

"Kau tidak mendengar kata kataku?! Mulai sekarang aku gurumu dan kau muridku."

"So?"

"Ugh.. Taylor kita sedang berdiri diatas tali tipis antara yang boleh dan tidak. Aku tidak ingin mencemari nama sekolah, nama keluargaku dan nama keluargamu dengan hubungan yang bahkan sebenarnya tidak ada."

"Kau berpikir apa yang kita lakukan hanya untuk senang senang dan sama sekali tak berkesan untukmu?" Taylor menyipitkan matanya menunggu jawaban Tatiana.

"Taylor, itu hanya onenightstand! dan aku yakin kau sudah sering melakukannya." eksperesi Taylor datar mendengar jawaban Tatiana membuat Tatiana bingung.

"Ku mohon Taylor. Aku butuh pekerjaan ini dan aku tak ingin merusak kepercayaan orang yang telah merekomendasikanku ke pamanmu." Tatiana memegang tangan Taylor mencoba membujuknya. Taylor terdiam cukup lama memikirkan kata kata Tatiana.

"Aku akan berusaha menjaga sikap tapi aku tidak akan menjanjikan apa-apa. Semua sikapku bergantung pada sikapmu.." handphone Taylor berbunyi membuatnya berhenti berbicara.

"Angkatlah" Tatiana melepaskan genggaman tangannya tapi Taylor dengan cepat menahan tangan Tatiana membawa telapak tangan Tatiana kebibirnya. Lagi lagi sengatan terasa menggelenyar keseluruh tubuh Tatiana membuat Tatiana tak nyaman.

"Istirahatlah" Taylor beranjak dari tempat tidur, keluar dari ruang kesehatan meninggalkan Tatiana yang panas dingin akibat ciuman Taylor yang masih terasa di telapak tangannya.
______________________________

Malam semua
Terimakasih tak putus putusnya saya ucapkan atas komen teman teman semua sehingga bikin saya semangat mengupdate lanjutan cerita Sang Nouveau (-^.^-)

Walaupun cerita ini ng bisa lebih panjang lagi karna keterbatasan ide yang menemukan titik buntu. hiks (T.T)

Saya harap idenya cepat menemukan jalan pulang dan kembali ke kepala saya p(•o•q)
Okey segini dulu, silakan komen baik berupa kritik maupun saran atau apapun yang Anda senang saya pun ikut senang *author somplak
Oh iya jangan lupa vote :D

See you soon
Diana.w

Tidak ada komentar: