Cerita ini di dedikasikan pada temen baruku yang udah mau mampir dan membaca cerita gaje ku :D
ICH BYRNE ^^
" You're my Lady"
Taylor menyeringai senang menatap Tatiana yang hanya bisa melongo melihatnya.
"Kau gila?!" Teriak Tatiana yang geram melihat seringaian bodoh Taylor.
"Tidak
terlalu, aku hanya terlalu malas untuk berpikir." Jawab Taylor sambil
menggigit bibir bawahnya seperti berpikir keras, tapi tangan Taylor
mulai menggerayangi paha Tatiana yang terbuka karna roknya yang
tersingkap. Tatiana langsung menampar keras punggung tangan Taylor.
"Kau memang gila! Cobalah menggunakan otakmu dan, jangan sentuh aku."
Tatiana semakin kencang memukul mukul tangan Taylor dan membuatnya menjauh dari tubuh Tatiana.
"Wo.. wo.. tenang my Lady"
Taylor mengangkat kedua tangannya untuk menjadi tameng dari pukulan Tatiana yang semakin menggila.
Tatiana
membiarkan tangannya bergerak sembarangan memukul tubuh Taylor untuk
melepaskan rasa frustrasi dan bingungnya terhadap situasi yang pelik
ini.
"Kau bilang tenang?! dalam keadaan seperti ini kau menyuruhku
tenang?! Dasar kau orang gila!" Tatiana turun dari tempat tidur memukul
Taylor yang merunduk melindungi kepalanya.
Tatiana berhenti memukul saat tubuhnya mulai limbung lagi. Taylor dengan sigap langsung menangkap tubuhnya.
"Kau sedang anemia, melakukan hal brutal seperti tadi akan membuat kepalamu semakin pusing dan berkunang kunang, my Lady" Tatiana menggeram mendengar cemoohan Taylor.
Taylor
langsung mengangkat tubuh Tatiana dan membaringkannya ditempat tidur.
Seringaian tak berhenti henti tercetak diwajah tampannya.
Matanya melihat dengan intens dari rambut hingga payudara Tatiana.
Tatiana ingin menyentuh wajahnya rambut ikalnya yang berantakan dan melepas rindu selama empat Minggu lebih tak bertemu.
Tatiana
langsung menutup wajah dengan kedua tanggannya. mulai terisak frustrasi
akibat pikiran dan hatinya yang tidak bisa berkompromi membuat
kepalanya semakin berdenyut-denyut.
"Sssh... kenapa my Lady"
suara Taylor begitu lembut menghiburnya. tangannya yang menggenggam
pergelangan tangan Tatiana mengusap usap kulit Tatiana dengan Ibu
jarinya.
"Kenapa kau terlihat begitu tua?"tanya Tatiana frustrasi.
"Apa?"
Tatiana bangkit dari tidurnya menatap wajah tampan Taylor yang duduk ditepi tempat tidur dengan seksama.
"Kenapa
wajah tampanmu terlihat begitu tua dari umurmu? kenapa tubuhmu begitu
besar dan berotot? kenapa?!" Tatiana menarik kerah seragam Taylor.
Dahinya berkerut frustrasi.
"Aku benar benar tidak bisa membedakan maksud kata kata mu, apa kau sedang memujiku atau menghinaku?" kedua alis Taylor naik.
"Lihat,
seragam ini bahkan tak cocok kau pakai. Kau terlihat muda. Oh, God!"
Tatiana melihat kearah tangannya menarik blazer Taylor yang berwarna
biru dongker dengan lambang Dawson High School tersemat didada kirinya.
Tatiana kembali memukul mukul dada Taylor tidak sekeras tadi karna tenaganya yang melemah akibat kekurangan darah.
"Kenapa
aku bisa begitu bodoh. Sehingga tidak bisa membedakan seorang pria dan
seorang anak laki laki?" suara Tatiana menjadi lirih hampir seperti
bisikan.
"Kenapa tidak mahasiswa atau yang lainnya asalkan jangan anak sekolahan?!"
Taylor langsung membawa Tatiana kedalam pelukannya. Tertawa geli melihat tingkah wanita didepannya.
"Aku
juga tidak bisa membedakan seorang wanita dengan seorang anak
perempuan. tubuhmu begitu mungil, Tapi padat aku menyukainya." Taylor
terkekeh sedangkan Tatiana memutar matanya mendorong Taylor menjauh dari
tubuhnya.
"Kau masih bisa tertawa? Di saat saat runyam seperti
ini kau masih bisa tertawa?" mata Tatiana menyipit memandang Taylor.
Kepala Tatiana mulai menggeleng frustrasi.
"Aku punya kelebihan
dalam memeriahkan suasana. Teman temanku bilang suasana tidak akan
menjadi ramai tanpa aku" Taylor tersenyum bangga terhadap dirinya
dibalas Tatiana dengan wajah kecut.
"Kau bodoh atau pura pura
bodoh? kau bukan memeriahkan suasana tapi mengeruhkan suasana." mata
Tatiana melotot membuat Taylor dengan cepat mengatupkan bibirnya.
"Kenapa kau tak mengatakan padaku kalau kau masih sekolah?" Tatiana mendesis pada Taylor.
"Haruskah?
Seingatku kita tak punya waktu untuk berbicara selain hanya untuk
mendesah dan mengerang. Kaulah yang paling aktif dibagian itu saat
mulutku sibuk memuaskanmu dan aku tak punya kesempatan untuk berbicara.
Sama. Sekali" Taylor menekankan kata kata terakhirnya membuat Tatiana
memutar matanya melihat mimik muka Taylor yang konyol.
"Terimakasih sudah mengingatkan ku atas perbuatan kriminalitasku." Jawab Tatiana ikut mendramatisir suaranya.
"You're welcome my Lady"
Taylor
dengan seringaiannya mendekatkan wajahnya ke Tatiana hendak menciumnya.
Tangan Tatiana langsung menangkup wajah Taylor dan mendorongnya
menjauh.
"Seriously?!" Tatiana semakin mendorong wajah Taylor yang masih memajukan wajahnya untuk mencium Tatiana.
"Kenapa kau mendorongku?" Taylor cemberut dengan wajah tak berdosa membuat Tatiana makin kesal dan geram.
Tatiana
menghembuskan nafas mencoba mengontrol amarahnya. Tatiana menutup Kedua
matanya mulai menghirup udara dan mengeluarkannya.
"Kau seharusnya istirahat bukan melakukan yoga"
"don't disturb Taylor. Give me a moment to calm my mind. Please." Taylor menaikkan kedua bahunya acuh. Memperhatikan wajah Tatiana yang sibuk mengatur pikirannya.
"Tik.. tok..tik..tok."
"Shut-up Taylor."
"Tik
tok tik tok tik tok" Taylor semakin cepat mengulang kata katanya, benar
benar membuat kemarahan Tatiana naik hingga ke ubun ubun.
"Shut-up Taylor!" Tatiana membuka matanya menatap Taylor masih dengan wajah acuhnya.
"Aku
bosan menunggu mu bersemedi." Taylor memutar matanya. Tangan Tatiana
terangkat memijat dahinya yang berdenyut denyut. Taylor mulai naik
keatas tempat tidur.
" Aku sudah terlalu lama menunggu dan
mencarimu." Taylor mengambil tangan Tatiana dan membawanya ke bibir
Taylor. Tatiana terasa tersengat oleh sentuhan bibir Taylor, perutnya
mulai bergolak, mengingatkannya dengan sentuhan sentuhan taylor dimalam
tahun baru.
Taylor menatap mata Tatiana yang mulai goyah terbakar
gairah. Bibir Taylor mencium satu persatu jari lentik Tatiana. Membelai
tangan halus Tatiana hingga kepergelangan tangannya.
"Aku marah
kau pergi begitu saja setelah malam panas kita dengan selembar kertas
yang tertuliskan nomor handphone yang tidak aktif." ibu jari Tatiana
digigit, membuat tubuh Tatiana berdenyut akibat gigitannya.
Tatiana
tidak tahu bagaimana marahnya Taylor saat bangun dan ditinggal sendiri
di tempat tidur besar dan mewah dikamar hotel. Taylor yang tak bisa
menghubungi nomor yang diberikan Tatiana semakin emosi dan menyalahkan
Diego atas kepergian tatiana. Empat minggu lebih dihabiskannya diluar
bersama Diego hanya untuk mencari keberadaan tatiana.
Pamannya yang marah begitu mendengar absensinya langsung menelpon Diego dan memberi ultimatum kepada taylor.
"datang
kesekolah hari ini juga sebelum aku yang menyeret lehermu kesini!
Jangan sampai nenek Mandy mendengar kelakuannmu yang tidak bertangung
jawab seperti ini Taylor. Kau tahu apa yang bisa diperbuatnya padamu dan
tidak akan ada lagi pamanmu yang baik hati yang bisa menolongmu"
Taylor mau tak mau menuruti perintah paman tersayangnya dan menemukan wanita yang dicarinya berdiri diatas tangga.
Walaupun wajahnya yang cantik ditutupi kacamata, tak bisa mengurangi sensualitas tubuhnya dan bibir penuhnya.
Taylor
tidak bisa berhenti menatapnya begitu juga Tatiana yang tak bisa
melawan tatapan Taylor yang begitu menghipnotis dan intens. Tatiana
merasa ditelanjangi hanya dengan tatapan mata cokelat keemasan Taylor.
"Aku
ingin sekali menyeretmu kembali kekamar hotel dan membuat mu gila akan
gairah, membuat ku gila karna desahan dan eranganmu yang manis saat aku
berhasil memuaskanmu."
Wajah Tatiana memerah bukan hanya karna
mengingat kejadian itu tapi karna menahan tubuhnya yang menginginkan hal
itu kembali terjadi.
Bibir Taylor naik mencium bahunya, tangannya
yang bebas memegang leher Tatiana. Tatiana menggigit bibirnya menahan
desahan yang hampir keluar saat lidah Taylor membelai lehernya. Ibu jari
Taylor mengusap usap rahangnya dengan gerakan lambat.
"Kau sengaja membohongiku dengan memberikan nomor palsu?"
Bibir
Taylor semakin naik ketelinganya, menggigit daun telinga Tatiana yang
polos. Tatiana memiringkan kepalanya ke sisi lain memberikan akses penuh
bagi Taylor menjilati lehernya.
Tangan Tatiana naik menyentuh dada bidang Taylor. Tatiana bisa merasakan detak jantung Taylor yang cepat sama seperti dia.
Isi kepala Tatiana mulai berperang melawan gairah dari tubuhnya yang sensitif meminta sentuhan Taylor.
"Hentikan" Bisiknya.
Tatiana dengan terengah engah mendorong tubuh Taylor menjauh.
"Kita- perlu-bicara-Taylor." nafas tatiana yang masih tersengal sengal membuatnya susah untuk berbicara. "please."
Taylor menjauhkan tangannya dari tubuh Tatiana. Mengangguk sambil mencibir pada Tatiana.
"Kita
belum menjadi guru dan murid saat malam tahun baru tapi sekarang aku
adalah guru." Tatiana menunjuk dirinya "dan kau murid" kemudian Tatiana
menunjuk Taylor yang menatap gerakan tangan Tatiana.
"Yang berarti
aku dan kau harus melupakan kejadian itu. Anggap kejadian itu tak
pernah terjadi. Kau dan aku tidak dan belum pernah bertemu sebelumnya.
Kau mengerti?"
Tatiana menjelaskan dengan lambat kepada Taylor
seakan akan Taylor adalah monyet yang diajarkan cara membedakan yang
mana pisang dan apel.
"Aku tidak mau melupakannya. Kita sudah
pernah bertemu bahkan menghabiskan malam bersama. Aku sudah mengetahui
dan mengenal isi dalam bajumu. untuk apa aku melupakannya?" Taylor
menunjuk kancing kemeja Tatiana paling atas dengan mata sayu. Tatiana
langsung menampar tangan Taylor.
"Kau tidak mendengar kata kataku?! Mulai sekarang aku gurumu dan kau muridku."
"So?"
"Ugh..
Taylor kita sedang berdiri diatas tali tipis antara yang boleh dan
tidak. Aku tidak ingin mencemari nama sekolah, nama keluargaku dan nama
keluargamu dengan hubungan yang bahkan sebenarnya tidak ada."
"Kau
berpikir apa yang kita lakukan hanya untuk senang senang dan sama
sekali tak berkesan untukmu?" Taylor menyipitkan matanya menunggu
jawaban Tatiana.
"Taylor, itu hanya onenightstand! dan aku yakin
kau sudah sering melakukannya." eksperesi Taylor datar mendengar jawaban
Tatiana membuat Tatiana bingung.
"Ku mohon Taylor. Aku butuh
pekerjaan ini dan aku tak ingin merusak kepercayaan orang yang telah
merekomendasikanku ke pamanmu." Tatiana memegang tangan Taylor mencoba
membujuknya. Taylor terdiam cukup lama memikirkan kata kata Tatiana.
"Aku
akan berusaha menjaga sikap tapi aku tidak akan menjanjikan apa-apa.
Semua sikapku bergantung pada sikapmu.." handphone Taylor berbunyi
membuatnya berhenti berbicara.
"Angkatlah" Tatiana melepaskan
genggaman tangannya tapi Taylor dengan cepat menahan tangan Tatiana
membawa telapak tangan Tatiana kebibirnya. Lagi lagi sengatan terasa
menggelenyar keseluruh tubuh Tatiana membuat Tatiana tak nyaman.
"Istirahatlah"
Taylor beranjak dari tempat tidur, keluar dari ruang kesehatan
meninggalkan Tatiana yang panas dingin akibat ciuman Taylor yang masih
terasa di telapak tangannya.
______________________________
Malam semua
Terimakasih
tak putus putusnya saya ucapkan atas komen teman teman semua sehingga
bikin saya semangat mengupdate lanjutan cerita Sang Nouveau (-^.^-)
Walaupun cerita ini ng bisa lebih panjang lagi karna keterbatasan ide yang menemukan titik buntu. hiks (T.T)
Saya harap idenya cepat menemukan jalan pulang dan kembali ke kepala saya p(•o•q)
Okey
segini dulu, silakan komen baik berupa kritik maupun saran atau apapun
yang Anda senang saya pun ikut senang *author somplak
Oh iya jangan lupa vote :D
See you soon
Diana.w

Tidak ada komentar:
Posting Komentar