kembali lagi ni dengan cerita HURT ENOUGH. hehehee:D
Silakan klik link dibawah ini
http://www.wattpad.com/34829751-hurt-enough-chapter-4
bagi yang penasaran siapa Nora di chapter ini akan terungkap..
jadi ditonton ya eh dibaca...
dan jangan lupa komen dan votenya..
Jari telunjuknya mengait rambutku kebelakang telingaku, sentuhan jarinya turun dari telinga menuju rahangku. Berlama lama menyentuh hinga ke dagu ku. Jempolnya mengusap pelan bibir bawahku yang terbuka, tangannya yang lain terus mengusap usap punggungku. Wajahnya mendekati wajahku dan bibirnya menyentuh bibir ku lembut.
"Terima kasih"
************
Aku menggigil akibat udara pagi yang begitu dingin masuk melalui celah celah jendela dan ventilasi. Ku rapatkan tubuhku ke sisi kanan mendekat ke tubuh Kyle mencari kehangatan.Tanganku mengusap usap tempat tidur yang kosong. Mataku terbuka, Kyle tidak ada di tempat tidur. Aku langsung bangun dan memutar kepala ku mencari sosok Kyle.
"Kyle?" Aku memanggil berharap Kyle keluar dari kamar mandi dan menjawab panggilanku. Tak ada jawaban. Aku mulai bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Kamar mandi kosong bahkan tak ada tanda tanda orang habis mandi.
Aku keluar dari kamar, mendapati Kyle sedang membalikkan meja makan ketempat semula. Dapur sudah kelihatan lebih baik dari kemarin malam. Pecahan kaca yang berserakan dilantai sudah tidak ada lagi. Alat alat makan dan masak pun sudah kembali tersusun rapi ditempatnya semula.
"Hai" aku tersenyum menyapanya, Kyle melihat kearahku yang menyandarkan bahu ke dinding. Kedua tanganku menyilang didepan dada.
"Hai" jawab Kyle. Dia menatapku lekat . Aku bisa melihat alisnya berkerut. "Apa aku melukaimu?" Kyle memandang seksama seluruh tubuhku dari atas hingga bawah mencari bekas bekas penyiksaan yang dia sangka telah dia lakukan padaku.
"Bersyukurlah, aku memiliki gerakan refleks yang bagus jadi bisa menghindar semua lemparan mu." Aku memutar mataku padanya dan tersenyum. Kyle masih diam menatapku. Aku bisa melihat rasa penyesalan dari matanya.
"Kau sudah sarapan?" Tanyaku cepat cepat merubah topik pembicaraan, aku tidak ingin melihat Kyle semakin larut dengan perasaan sedih dan sesal. Aku tidak ingin Kyle menyesal membiarkan aku berdiri dekat dengannya dimana aku sangat senang bisa menyentuh perasaannya, mencoba menghilangkan sakit hatinya.
"Kau lapar?" Kyle bergegas mengambil bahan makanan dari kulkas.
"Maaf, aku tahu ini tidak sopan tapi makanan yang kau buat sangat tidak enak" aku menampilkan eksperesi jijik. Kyle memutar matanya, senyum tipis tampak diwajahnya membuat lesung dipipi ya terlihat samar. Membuat ratusan kepakan sayap beterbangan diperutku setiap kali aku menatapnya tersenyum.
"Lanjutkan saja pekerjaan mu, Kyle. Biar aku yang memasak" kataku senang melihat perubahan Kyle. Dia tampak lebih hidup dari sebelumnya.
"Eh Kyle. Maukah kau membuka jendelanya?" tanyaku. tangan kyle yang sedang bekerja berhenti dan matanya menyipit menatapku. "aku tidak akan kabur! aku berjanji" tanganku naik tanda menyerah untuk meyakinkannya bahwa aku memang tidak ada niat untuk pergi. kyle memutar matanya bangkit sari duduknya menuju jendela besar disampingku. tangannya yang memegang palu sibuk melepaskan paku paku yang dari kayu yang menyilang menutup jendela.
cahaya mataharipun menyeruak masuk setelah jendela dibuka lebar. udara pagi yang lembab ikut masuk menghilangkan bau apek yang berasal dari dalam rumah, rasanya menyegarkan itu dengan cepat hilang digantikan dengan shok melihat hutan rimba dibelakang rumah. ilalang liar tumbuh tinggi dan pohon pohon besar mengelilingi tak jauh dari rumah.
aku langsung melirik ke arah Kyle yang sedang menikmati udara segar sambil menutup kedua matanya. Kyle membuka matanya dan menatapku yang masih menatapnya. tangannya mengibas didepan wajahku membuatku tersadar.
"apa?" tanyanya melihatku yang langsung mengalihkan wajahku kedepan.
"a..aku tak tahu kalau kita berada ditengah.. ee.. hutan." jawabku tanpa menatapnya.
"karna tak ada yang mengurus perkebunan ini lagi setelah kakekku meninggal sehingga menjadi terbengkalai seperti ini." kyle menatap jauh kedepan.
"dulu tempat ini begitu luar biasa indah. dibelakang sana ada aliran sungai tempat aku dan Nora biasa bermain.." raut muka Kyle berubah sedih. Kyle memutar tubuhnya menuju kulkas. "aku lapar, kau bilang mau membuat sarapan."
"siapa Nora?" Tanyaku padanya yang membelakangiku.
"bukan siapa- siapa" jawab Kyle mengambil air dingin.
"kau memanggilnya semalam." Kyle berhenti menuangkan air dingin kegelas.
"aku bilang bukan siapa-siapa, Joanna." Kyle menggeram menatapku marah dengan mata abu abunya membuat bulu dibelakang leherku tegak. aku tepis rasa takutku.
"kau menyebut namanya berkali kali, meminta maaf Kyle, memintanya jangan mati." aku terus mendesak Kyle. Kyle memukul meja dengan gelas yang dipegangnya membuat air digelas tumpah. aku menelan ludah, berdiri kaku menatap Kyle yang menjauh dariku. tanganku berada diatas dada berusaha menahan perih yang sangat saat menatap punggungnya yang bergetar menghilang.
aku ingin membuat Kyle menceritakan semua kesedihan , kemarahan, dan sakit hati yang dirasakannya sekarang. mencoba membantunya untuk bangun dari keterpurukannya. aku menghapus air mataku dan memberanikan diri menyusul Kyle.
aku berjalan menyelusuri lorong menuju ruangan keluarga yang memiliki perapian dimana lukisan kekaek dan nenek Kyle bertengger diatasnya. Kyle duduk disofa besar menunduk menutup kedua matanya dengan tangan besarnya.
"Kyle.." suaraku pecah melihat air mata Kyle jatuh membasahi pipinya. aku langsung duduk disampingnya dan memeluknya erat dari belakang. kepalaku bersandar di relung lehernya.
"dia adik perempuanku. satu satunya keluargaku." suara Kyle bergetar.
"aku..aku tidak seharusnya meninggalkannya waktu itu." aku semakin erat memeluknya, meyakinkan Kyle aku ada disampingnya untuk mendengarkannya. "tubuhnya lemah..." Kyle menghirup nafas disela sela isakannya. "Nora yang manja memiliki tubuh yang begitu lemah, dia selalu demam. aku mengira itu demam seperti biasa yang dialaminya. aku meninggalkannya untuk menemui Helena padahal dia sudah memintaku untuk tinggal..." airmataku ikut jatuh mendengar pengakuan Kyle yang memilukan.
"dia bilang badannya panas sekali dan tak ingin aku pergi... aku marah padanya, mengatakan jangan manja dan menyuruhnya tidur. kau tahu.. dia menangis.. mengatakan kalau dia membenciku.. karna aku lebih mementingkan helena dibanding dia. aku membentaknya dan meninggalkannya sendiri dirumah." aku membawa Kyle kepelukanku. membiarkanya bersandar pada tubhku. tangannya memegang lenganku yang melingkar ditubuhnya. "aku kehilangan dua orang pada malam itu juga, Helena memutuskanku tanpa alasan. aku memberikan semua yang diinginkannya sampai meninggalkan Nora yang sakit sendirian dirumah tapi dia hanya bilang kalau dia tidak pernah mencintaiku dan bosan padaku. aku luluh lantah pulang kerumah mendapati tubuh Nora yang menggelepar, mulutnya berbusa... begitu banyak rasa sakit, begitu banyak. " Kyle mencengkram lenganku dengan kukunya.
"aku sungguh sungguh minta maaf Kyle." gumamku sambil menangis. Kyle memutar tubuhnya menatapku. tangannya menyentuh pipiku yang basah. "aku tidak menginginkan ini terjadi padamu." mataku menatap mata abu abunya yang membalas tatapanku. " maaf telah mendesakmu untuk bercerita.. maafkan aku." airmataku terus berjatuhan tak bisa kubendung. Kedua tangan Kyle menyentuh pipiku mengangkat kepalaku yang tertunduk.
" ini bukan salahmu Joanna. aku hampir gila karna membendungnya sendiri, karna tak menemukan satu orangpun yang bisa kuajak bicara." jawab Kyle pelan, satu tangannya merapikan rambutku dan menyelipkannya ke telingaku. aku tersenyum tipis saat kyle tersenyum menatapku.
wajah kami semakin dekat, dengan lambat bibir Kyle menyentuh bibirku. menciumku dengan lembut membuat sesuatu mekar dihatiku. tanganku mengusap naik kedadanya. membawanya semakin dekat padaku. dengan berani aku membalas ciumannya, mulutku terbuka mengundangnya. lidah Kyle menelusup masuk merasai rongga mulutku, mencecapnya pelan pelan menggapai lidahku membuatku lunglai. semakin berani ku kaitkan lidahku dengannya lidah Kyle, mengikutinya membuat Kyle mengerang rendah. Aku terus mengikuti gerakan lidah Kyle. Salah satu Tanganku mengusap lehernya. Kyle menggigit bibir bawahku dan menciumku lagi.
Ciuman ini membuat kami kehabisan nafas. Kyle menghentikan ciuman. Dahinya menempel di dahiku. Mataku terbuka menatap Kyle yang menutup matanya. Mulutnya terbuka terengah-engah.
"Aku lapar, kau bilang akan membuatkan ku sarapan.." Mata Kyle terbuka. Senyum cerah menghiasi wajahnya. Air mata jatuh dari mataku saat aku menutup mata tersenyum membalas senyuman cerahnya.
Aku bangun dan mengecup pipi kirinya.
" mau membantuku?" Tanyaku padanya, mengambil kedua tangannya dan membawanya kedapur. Kami membuat sarapan bersama. Aku tak berhenti tersenyum melihat Kyle yang mulai membuka isi hatinya dan mulai mempercayaiku untuk mendengarnya, mengertinya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar