Kamis, 30 Januari 2014
Sang Nouveau (chapter 8)
Tatiana tidak bisa memejamkan matanya. Isi kepalanya terus berputar untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya.
Taylor, si tuan muda yang dia kira berumur sepantaran dengannya, ternyata calon muridnya yang duduk dikelas dua belas. Tatiana dan Taylor memiliki perbedaan umur 5 tahun.
Yang benar saja! tubuhnya sama sekali tidak menggambarkan hal itu!
Tatiana kembali memaki maki dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur menandatangani kontrak kerja sebagai guru bantu di sekolah ini. Tidak ada kesempatan lagi untuk membatalkannya, apalagi dia begitu tergiur dengan jumlah gaji yang diberikan.
Tatiana mengacak acak rambutnya yang tadinya sudah tertata rapi untuk memikat Mr. Harold Dawson. Pria matang yang benar benar tipenya dan Pangeran berkuda putih yang sebenarnya bukan seorang pangeran yang masih memakai popok.
Tatiana terduduk ketika mendengar derit pintu ruang kesehatan terbuka. Tampak sosok Barbie berdiri mengintip kearahnya dari balik tirai yang membatasi setiap tempat tidur.
Tubuh tinggi langsing, rambut pirang panjang tergerai hingga pinggang. Bulu matanya begitu lentik dan tebal, bisa dipastikan itu karna pemakaian maskara yang berlebihan. Matanya yang berwarna biru menatap Tatiana yang balas menatapnya sambil mengeryit.
"Kau siapa?" tanyanya.
Tatiana hanya mengerecutkan bibirnya sambil menyilangkan kedua tangannya kedada mendengar pertanyaan yang tidak sopan dari seorang gadis yang dia yakin pasti jauh lebih muda darinya.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, Nona"
Gadis pirang itu hanya menyipit melihat tubuh Tatiana dari pinggang hingga rambutnya yang berantakan. Sudut Bibirnya naik menertawakan penampilan Tatiana. Gadis itu langsung pergi meninggalkannya.
Tatiana benar benar muak dengan sikap orang orang disekolah ini yang dengan terang terangan menilai penampilannya kemudian menertawakannya.
Lihat saja besok, saat aku mengajarimu Sunshine Barbie.
Tatiana turun dari tempat tidur, memakai tas dan sepatunya yang Taylor simpan dibawah tempat tidur. Tatiana keluar dari ruang kesehatan mencari pintu gerbang.
Tangan Tatiana berada di dahinya memijat mijat untuk mengurangi denyut yang makin menggila di kepalanya.
Tatiana melewati koridor sampai menemukan koridor lainnya. Sekolah ini bagaikan labirin membuat kepalanya semakin sakit. Tubuh besar tiba tiba muncul dari arah berlawanan, menabraknya.
"Maafkan saya mam" tangannya terulur membantu Tatiana yang sempoyongan. Tangan Tatiana mencengkeram lengan pria besar didepannya untuk menyeimbangkan tubuhnya.
"Tidak apa apa ini salah saya juga." Tatiana menengadah kan kepalanya melihat wajah pria itu. tatiana terkejut begitu juga dengannya.
"Kau.."
"Nona.."
Mereka bicara berbarengan sambil menunjuk. Kemudian tertawa merasa lucu dengan apa yang terjadi.
"Senang bertemu dengan mu lagi, Diego?" Tatiana mengulurkan tangannya.
"Senang juga bertemu dengan Anda lagi nona.." Diego menjabat tangan Tatiana dengan senang.
"Tatiana dan tidak usah memakai nona. Kita belum sempat berkenalan dengan pantas sebelumnya."
Semua karna tuan muda mesum yang berkeras tidak membolehkanku berjalan, selalu menggendongku kemana-mana.
Tatiana tersenyum cerah menutupi kerutan didahinya yang teringat perbuatan Taylor. Diego yang tidak tahu pikiran Tatiana hanya membalas dengan senang senyuman Tatiana.
"Tuan muda harus tahu hal ini. Dia pasti akan senang mendengar anda ada disini, dia sudah mencari Anda kesana kemari selama tiga Minggu."
Diego mengeluarkan handphone dari saku celananya. Mulai memencet tombol tombol dengan jarinya yang besar.
"Sampai-sampai dia kena masalah dengan Mr. Harold. Kalau nyonya besar juga tahu, saya tak tahu apa yang akan terjadi lagi pada tuan muda." Diego menggelengkan gelengkan kepalanya sambil menatap layar handphonenya dengan sedih.
"Lagi?" tanya Tatiana penasaran.
"Ya, dia sudah kena masalah karna meninggalkan acara malam tahun baru keluarga besar. Anda ingat waktu dia membantu Anda di malam itu? saya seharusnya membawanya kembali sebelum tuan besar datang, tapi syukurlah ada tuan Harold yang menyembunyikan masalah itu semua dari tuan besar."
Tatiana mengeryit merasa bersalah. dia seharusnya berterima kasih, kalau tidak ada Taylor dia pasti jadi bulan bulanan ketiga pria brengsek itu. Andai saja keadaan pelik ini tidak terjadi, andai saja Taylor bukan calon muridnya pasti dia akan senang bertemu dengan Taylor.
"Mengapa Anda bisa ada disini?" Pertanyaan diego membuyarkan lamunan Tatiana.
"Ah.. aku.. ee.. ada keperluan disini" Tatiana terbata bata memikirkan penjelasan yang benar. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dia guru. Diego adalah satu satunya saksi mata yang tahu pasti apa yang dia dan taylor lakukan pada malam tahun baru.
Diego hanya mengangguk menerima jawaban Tatiana. Tidak ingin mengorek lebih karna merasa tidak sopan menanyakan privasi orang yang baru dikenalnya. Panggilan masuk Diego diangkat.
"Tuan muda! saya menemukan.."
Tatiana langsung melompat mengambil handphone Diego dan memutuskan panggilan. Diego terkejut melihat Tatiana yang tampak seperti seekor macan betina. mereka terdiam cukup lama sampai Tatiana memulihkan keterkejutan atas perilakunya sendiri.
Tatiana tersenyum pada Diego yang masih kaget dan membatu. Tatiana menyerahkan kembali handphone ketangan Diego.
"Dia sudah tahu aku ada disini."
Tatiana berdeham kemudian dengan cepat melewati Diego menuju pintu gerbang yang sudah mulai tampak.
Tatiana sengaja melarikan diri lagi dari Taylor kalau tidak, dia yakin mungkin sekarang dia entah berada dimana bersama Si bocah ingusan. dia itu benar benar keras kepala dan susah untuk dihadapi.
Tatiana menaiki bis langsung menuju salon Regina yang tak jauh dari Dawson High School. dia butuh teman saat ini untuk mendengarkan keluh kesahnya dan memberinya kata kata bijaksana dalam menghadapi masalahnya.
******
"Hy baby girl" Regina menyambut Tatiana yang baru masuk membuka pintu salon.
"Aku butuh sekaleng bir dingin" sapanya sambil menunjukkan eksperesi lelah menuju ruang kerja Regina dilantai atas.
"Interview mu tidak berjalan lancar?" tanya Regina mengikuti Tatiana dibelakang.
"Tidak ada masalah dengan interview, semua berjalan dengan mulus." jawab Tatiana dengan nada datar. Tatiana mencium bau kari daging dari ruangan Regina.
"Bau kari selalu membuatku lapar."
Regina sangat suka memasak makanan khas India dan masakannya betul betul lezat terutama kari ayam yang penuh dengan rempah rempah. Regina memiliki darah India dari kakeknya walaupun dia tidak pernah kesana, dia sangat memuja negeri itu.
"Kau belum makan ya?" Tatiana hanya menggeleng. "tidak ada bir untukmu ladies. kau harus makan dulu" Regina menaruh seonggok nasi di piring dan menyiramnya dengan kuah kari yang kental. Kemudian memberikannya pada Tatiana.
****
Setelah selesai dengan makanannya, Tatianapun menceritakan seluruh masalah yang dihadapinya. Raut muka Regina begitu shock dan tak percaya membuat Tatiana risih menunggu Regina untuk berbicara.
"Oh my god! you.. oh my.. I can't believe it.. you having sex with your student?" Regina membisikkan kalimat terakhirnya kearah Tatiana yang meringis mendengar nada tak percaya Regina.
"Sudah ku bilang padamu, Waktu itu dia belum muridku Regina dan aku tak mungkin memintanya mengeluarkan kartu identitas sebelum menyetubuhiku." jawab Tatiana frustrasi.
"Aku juga sudah berulang kali bilang padamu, berhenti melakukan hubungan onenightstand! paling tidak kau harus tahu lebih dari hanya sekedar nama! lihat, apa yang terjadi sekarang?!" Regina tidak bisa menahan kesalnya pada Tatiana.
"Kau tahu kenapa aku melakukannya. ini bukan hanya salahku.. auww!" Regina menjentikkan jarinya kedahi Tatiana.
"Jangan menyalahkan orang lain! ini sepenuhnya kesalahanmu. That baby boy sudah memberikan mu pilihan mau ikut bersamanya atau pulang dengan aman kerumahmu dan kau yang dipenuhi hormon estrogen langsung memilih sesuatu yang memuaskanmu atau yang biasa kau bilang kegiatan pelepas stres. jadi bertanggung jawablah dengan masalah yang kau buat."
"Bantu aku Regina.. okey, aku tahu ini salahku, aku tak tahu lagi harus berbuat apa?"
Tatiana memelas sambil menutupi dahinya yang merah. Regina hanya bisa menghembuskan nafas berat, dia ikut merasa pusing dengan masalah yang Tatiana hadapi.
"Dengar, aku tahu masalah ini berat buatmu tapi ini bukanlah apa apa dibandingkan masalah yang selama ini kau alami untuk membiayai kuliahmu. jangan hanya karna anak kecil kemudian menurunkan semangatmu dan menghancurkan semua kerja kerasmu selama ini." Regina menggenggam tangan Tatiana.
Tatiana menanamkan nasihat Regina dalam hati dan pikirannya. iya! dia tidak boleh kalah dengan masalah yang belum dihadapinya, semua masalah pasti mempunyai pemecahannya. Tatiana terus meyakinkan dirinya.
"Kau, tidak memiliki rasakan dengan anak ini?"
Lamunan Tatiana lenyap seketika, kata kata Regina bagai air es yang ditampar kewajahnya membuatnya terkejut.
"Tidak! aku sama sekali tidak memiliki rasa dengan tuan muda ingusan itu!" Tatiana langsung berdiri menolak mentah mentah.
"O~~key"
"Apa maksudnya itu?"
"Apa?"
"Nada o yang panjang dan lambat itu. kau tidak percaya ya? aku yakinkan padamu, aku - benar- benar - tidak -memiliki -perasaan - apapun - padanya!" protes Tatiana. Tangannya membentuk tanda silang didepan dadanya.
"Aku percaya padamu, okey dan tidak ada o yang panjang dan lambat kali ini." jawab Regina sambil memutar kedua matanya.
*****
Tatiana berdiri didepan gerbang sekolah, mempersiapkan seluruh hati dan tekadnya untuk menghadapi masalah yang ada didepannya.
Aku bisa!
Tatiana pun melangkah masuk dengan tekad kuat. Mobil mobil dengan warna mengkilap masuk bergantian melewati Tatiana yang berjalan kaki.
Dasar anak orang kaya, jarak pintu gerbang menuju sekolah tidaklah terlalu jauh. Jalan kaki itu sehat buat jantung!
"Miss Wald!"
Tatiana menoleh kebelakang mendapati Mr. Harold Dawson dengan pakaian bersepeda mendekatinya. Air liur Tatiana hampir tumpah melihat tubuh Mr. Harold terlihat jelas dalam baju ketat berwarna hitam dan tulisan tulisan kecil merah. senyum memikat tercetak jelas diwajahnya saat menyapa Tatiana.
"Pagi Mr. Harold." Tatiana dengan cepat menepis pikiran mesumnya. "Anda kesekolah dengan bersepeda?" tanya Tatiana.
Mr. Harold mengangguk, turun dari sepeda dan berjalan disamping Tatiana. Mereka berjalan beriringan menuju sekolah sambil mengobrol.
Tatiana merasa nyaman berbicara dengan Mr. Harold, dia begitu ramah dan beberapa kalimat candaan keluar dari mulutnya membuat tatiana tak berhenti tersenyum.
******
"Hai dude." Taylor berdiri didekat jendela kelas tak membalas sapaan temannya yang merangkul bahunya dari belakang.
"Apa yang kau lihat?" temannya menyipit menatap arah tatapan Taylor yang melihat kearah perkarangan sekolah.
"Siapa wanita cantik yang bersama wakil kepala sekolah?"
"Guru baru" jawab Taylor datar tapi tatapannya tak beralih dari dua titik dibawahnya yang sedang tertawa.
"Wow, aku akan betah dikelas kalau gurunya seyahut itu." teman Taylor menyeringai dengan wajah mesum.
"Kau tahukan apa yang harus dilakukan dengan pendatang baru." kalimat itu bukanlah pertanyaan tapi pernyataan keras.
Temannya menatap wajah Taylor yang kaku, bulu kuduknya berdiri, ngeri memandang mata Taylor yang membalas tatapannya. dengan cepat dia mengangguk dan mengambil handphonenya mengirim pesan keseluruh temannya.
New comers !
Do it properly
-T.D-
_______________________________________________________
akhirnya bisa update juga Sang Nouveau..\(* ^v^ *) /
sekali lagi saya mau berterimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan. benar benar menambah semangat saya juga komentnya yang lucu yang membuat saya senang karna maksud cerita yang saya tulis nyampai ke kalian.*bungkuk dalem-dalem
silakan dibaca dan ditunggu koment dan votenya ya ^^
salam hangat
diana.w
Label:
adult,
diana-w,
genre,
love,
mystory,
romance,
Sang Nouveau,
shortstory,
young people
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar