Jumat, 14 Februari 2014

Karma Circle (part 1)



Helena sibuk menata meja dan kursi di cafe barunya yang baru berumur dua Minggu. Helena tak segan turun langsung untuk membantu kerja karyawannya.

Helena beruntung mendapat lokasi cafe yang berada di dekat perkantoran, berkat rekomendasi dan bantuan dari Luke, Helena bisa menyewa tempat cafe ya sekarang dengan harga yang lumayan murah.
Hari benar benar masih pagi tapi entah kenapa Helena merasa gerah dan gelisah.
sudah beberapa Minggu ini perasaan gelisah terus mengganggunya membuat Helena menjadi susah tidur dan mudah lelah.

Perasaan yang mengganggunya ini membuatnya selalu uring-uringan sepanjang hari. Moodnya naik turun sebentar marah dan sebentar sedih tanpa sebab.
Kalau sudah seperti itu Helena mencoba menghabiskan waktunya dengan beryoga untuk memulihkan moodnya.

Handphone Helena tiba tiba berdering memutuskan lamunannya. Foto Joanna sedang tersenyum dengan gaun putih pernikahannya terpampang dilayar handphone Helena.

"Congratulation girlz!" teriak Joanna dari seberang sana.

"Terlambat Jo. Ini sudah hari ke empat belas cafe dibuka." ketus Helena sambil menyerahkan daftar menu ke pegawainya.

"Maafkan aku, Helena. Aku benar benar tidak bisa menghubungimu, kau tahu. Sinyal disana benar benar membuatku cepat mati karna frustrasi." Jawab Joanna.

Joanna hampir sebulan kurang menghabiskan waktunya untuk bulan madu dengan Kyle disebuah pulau yang berada di dekat Selandia baru, entah apa namanya Helena tidak bisa mengingat.
Helena mengira mereka tidak akan pernah pulang karna begitu senang menjelajahi pulau dan bersosialisasi dengan penduduk asli yang senang mencoret coret tubuhnya.

Helena masih menyimpan foto yang dikirim Joanna di handphonenya dengan hanya menggunakan tanktop putih dan rok dengan rumbai rumbai dari jerami menari bersama Kyle yang tubuhnya penuh coretan.
Wajah Joanna dan Kyle benar benar bahagia dan Helena benar benar senang melihat pasangan itu akhirnya bersatu.

"Dimana kau sekarang?" tanya Helena.

"Aku dan Kyle sekarang sudah berada di bandara. Secepatnya aku akan mengunjungimu."

Helena bisa membayangkan pipi chubby Joanna yang memerah karna senang.

"Oke. Aku menunggumu dan jangan membawa suamimu. aku ingin menghabiskan waktu dengan perempuanku." ketus Helena yang disambut dengan tawa serak Joanna.

"Oke. Bye Helena."

"Bye, Jo."

Helena menyimpan handphone kesaku celananya dan kembali mengecek kerja pegawainya.

****

"Sebentar!" teriak helena dari kamarnya. Dengan cepat menyanggul rambut panjangnya yang basah dengan handuk.

Helena berdecak jengkel saat tamu diluar terus membunyikan bel apartemennya dengan tidak sabar.
Helena membuka pintu, dan mendapati kantong besar tersodor didepan wajahnya. Wajah Joanna muncul dari samping kantong sambil menyeringai.

"Hai, girl." sapanya.

"Akhirnya kau datang juga."

Helena memeluk tubuh mungil Joanna yang hangat dan mencium kedua pipi chubbynya yang memerah.
Helena membukakan pintu lebar lebar, menyuruh Joanna untuk masuk kedalam apartemennya.

"Kau malam malam kesini dengan apa? dimana Kyle?" Tanya Helena menutup pintu lalu menyusul Joanna yang sedang memeriksa isi kulkasnya.

"Aku diantar Kyle. Dia ada urusan disekitar sini dengan temannya." jawab Joanna sambil mengambil minuman dingin.

"Apa ini?" tanya Helena sambil menunjuk kantong putih besar yang berada diatas sofanya.

"Oleh oleh untukmu. Lihatlah."

Helena tersenyum girang duduk didepan kantong tersebut. wajah girangnya berubah cemberut saat melihat isi dalam kantong tersebut.

"Yang benar saja. Apa kau tidak bisa mencarikan aku sesuatu yang lain, yang lebih berwarna atau berkelap kelip?"

Joanna memutar matanya saat mendengar nada sarkastis Helena. Tangannya memegang sebuah topeng panjang berwarna coklat gelap yang penuh ukiran dicat berwarna emas.

"Kau sudah memiliki banyak benda seperti itu dilemari mu. Kau butuh sesuatu yang berbau magis untuk tokomu dan taran.. tan.. tan.. aku menemukan benda ini." jawab Joanna dengan gaya bicara yang dibuat buat membuat alis Helena mengeryit melihatnya.

"Kau menyuruhku menaruh ini di cafe? ini sama sekali tidak terlihat magis Jo, tapi spooky!"
Helena tiba tiba merasa pusing saat berdebat dengan sahabatnya yang sangat keras kepala ini.

"Oh, ayolah Helena. Bagi para penduduk asli itu, topeng ini memiliki makna yang dalam dan sangat artistik. Tak bisakah kau melihatnya?"

Joanna membawa tasnya untuk duduk disamping Helena yang memasukkan kembali topeng tersebut ke kantong dan meletakkannya di meja.

"Aku akan cepat berdebu kalau berdebat tentang selera seni mu yang aneh."

Joanna kembali menunjukkan seringaiannya sedangkan Helena hanya memutar mata melihat sikap sahabatnya itu.

"Bagaimana kondisimu? sudah adakah?"

Helena menatap perut Joanna untuk menunjukkan maksud pertanyaannya. Wajah Joanna berubah sedih sambil menggelengkan kepala.

"Aku takut Helena. Aku takut tidak bisa memberikan keturunan pada Kyle."
Joanna membenamkan wajahnya pada lututnya yang bertekuk diatas sofa.

"Kenapa kau berbicara seperti itu, Jo?" tanya Helena marah melihat sikap pesimis Joanna.

"Aku dan Kyle setiap melakukannya, kau tahu maksudku."

Helena mengangguk sambil memutar mata melihat Joanna yang masih malu malu mengucapkan kata sex.

"Kami.. tidak pernah memakai pengaman. Kalau apa yang kubaca dicerita cerita dewasa, mereka akan langsung isi setiap mereka tidak pakai pengaman seharusnya aku juga seperti itu tapi.."

Joanna menunduk tak mau menatap kearah Helena yang menghembuskan nafasnya mendengar keluhan Joanna.

"Berhentilah membaca novel novel imajinasi tingkat tinggi itu, lebih baik kau membaca buku tentang kandungan. Membaca seperti itu hanya melambungkan impianmu setinggi langit kemudian jatuh terhempas saat melihat kenyataan yang ada."

Joanna mengangkat kepalanya dan menatap wajah Helena dengan cemberut seperti mengatakan

'apa salahnya bermimpi? kenyataan juga tak seburuk itu'

Helena tahu pikiran kawannya itu kemudian mencubit pipi chubby Joanna yang semakin chubby.

"Jangan pesimis Jo. Aku yakin kau pasti bisa memiliki anak. Kalian hanya harus terus mencobanya. Jaga pola makan dan kesehatanmu kalau perlu konsultasi kedokter. Okey?" Joanna mengangguk.

"Kau sendiri? bagaimana dengan Luke dan Seth?" tanya Joanna sambil menyipitkan mata penasaran. Helena membelalakkan matanya.

"Aku dan Luke bukan seperti itu! sudah berapa kali kubilang kalau aku dan dia hanya patner sex! Dan Seth itu cerita lama."

"Dimana dia sekarang? Si Luke ini?" tanya Joanna masih dengan eksperesi penasarannya.

"Sudah dua minggu terakhir ini aku tidak bertemu dengannya. Dia sekarang sedang sibuk bolak balik dari sini dan Afrika selatan. Dia baru dipromosikan dan harus mengecek keadaan disana secara langsung, sebagai seorang manajer baru."

Helena teringat saat terakhir kali bertemu dengan Luke di sebuah hotel dan itu pastinya pengalaman terakhir yang tidak menyenangkan bagi Luke. Joanna hanya membalas dengan o panjang.

"Kau tidak bosan dengan status hubungan yang tidak jelas seperti itu?" tanya Joanna lagi sambil memajukan tubuhnya kedepan Helena yang semakin memundurkan tubuhnya.

"Urg! berhenti memojokkanku Joanna. Aku dan dia senang dengan keadaan kami sekarang dan aku tidak ingin dipusingkan dengan status seperti itu." jawab Helena.

"Aku hanya berharap kau bisa menyusulku, menikah itu rasanya luar biasa." Joanna menatap Helena dengan mata berbinar binar.

"Tidak. Terima kasih banyak atas saran dan doanya tapi sungguh, aku tidak mau membagi waktuku yang luar biasa dengan orang lain."

Joanna memutar matanya melihat tubuh langsing Helena yang kecoklatan bangkit melepaskan handuk yang melilit diatas kepalanya menuju kamar.

"Owh ya. Helena lusa kau bisa kan datang kerumah orang tuaku. kami akan mengadakan kejutan ulang tahun untuk mom" teriak Joanna dari ruang tamu.

"Ya! aku pasti datang!" balas Helena dari balik kamar.

"Baguslah karna Artie juga mengatakan akan mengusahakan untuk datang. Acara tak akan seru kalau hanya kami berempat yang memberikan kejutan ulang tahun untuk mom"

Helena hanya berdecak kesal mendengar Joanna menyebutkan nama pamannya yang menjengkelkan itu.

"Aku sebenarnya sangat malas bertemu dengan pamanmu yang Nerd itu tapi ini semua untuk tante Julie." Helena kembali duduk disebelah Joanna.

Joanna hanya mendesahkan nafasnya sudah biasa menghadapi pertengkaran paman dan sahabatnya yang tak pernah menemukan kata sepakat saat bertemu.

Helena dan Joanna kembali membicarakan hal hal yang tidak penting yang selalu disukai para wanita.
Dua jam lebih mereka mengobrol sampai handphone Joanna berdering.

"Owh, Kyle sudah menungguku dibawah. Aku akan mengunjungimu di cafe baru mu."

Kyle menunggunya diparkiran apartemen Helena. Helena menyampaikan salamnya untuk Kyle melalui Joanna yang buru buru turun menemui suaminya.

Kantuk berat mulai menguasainya setelah Joanna pergi. Malam itu Helena kembali tidur dengan gelisah padahal matanya sudah begitu berat.

Joanna berjalan limbung kedapurnya untuk mengambil air minum. Perutnya entah kenapa berasa mual dan kepalanya kembali berdenyut.

Helena kembali kekamar mencoba merebahkan diri lagi diatas tempat tidur.

Apa yang salah dengan diriku? jerit Helena dalam hati.
_________________________
 
Akhirnya kita bisa bertemu di Karma Circle^^
Hihihi..
Masih nanggung ya? tenang tenang emang sengaja di bagi dua part biar penasaran xixi..^^ laugh evil
Pokoknya bakal secepatnya deh ketemu di part 2
Okey ditunggu vommentnya(*^^*)
Adios Amigos~
Diana.w

Tidak ada komentar: