Jumat, 14 Februari 2014
Sang Nouveau (chapter 9)
Ruang guru yang begitu luas sudah dipenuhi para staff pengajar. Mereka melihat kearah Tatiana dan Mr. Harold yang masuk bersama. Beberapa karyawan laki laki langsung menyapa Mr. Harold sedangkan yang wanita menatap Tatiana seperti mengikrarkan perang dingin padanya.
Tatiana hanya membalas dengan senyuman mencoba merendahkan dirinya untuk meredam kecemburuan para penggemar fanatic wakil kepala sekolah.
Tatiana langsung duduk di meja kerjanya menghindar dari tatapan yang menusuk. Tatiana mengatur bahan pembelajarannya dan mencoba menghafal nama nama murid yang akan di ajarinya nanti.
“semoga hari pertamamu menyenangkan Miss Wald.”
Mr. Harold melambaikan tangannya sambil tersenyum didepan pintu masuk kemudian pergi meninggalkannya yang semakin menunduk mencoba menghilangkan diri dari tatapan panas dari wanita wanita yang mengincar Mr. Harold.
Bel jam pertama mulai berdentang membuat jantung Tatiana ikut berdetak kencang, Tatiana mulai merasa tegang menghadapi murid murid barunya.
Tatiana buru buru mengambil jadwal mengajarnya dan peta sekolah. Beruntungnya kelas sebelas yang akan diajarinya tak terlalu jauh dari ruang guru.
Tatiana mencoba meredakan rasa gugupnya. Pikirannya terus meneriaki dirinya untuk percaya diri.
Tatiana menghela nafas berdiri didepan pintu kelas yang bising dengan suara cempreng khas remaja mereka.
Kelas yang bising itu tiba tiba hening saat Tatiana menampakkan diri kedalam kelas. Tatiana merasa senang awalnya dan mengira murid murid Dawson High School benar benar memiliki sikap disiplin dan mau belajar.
Tapi ketenangan dikelas sebelas, mulai mengusik batin Tatiana. Mereka hanya menatap kosong kearah Tatiana tanpa memberikan respon apapun saat Tatiana memperkenalkan diri. Mereka juga tidak menjawab saat Tatiana bertanya untuk menghidupkan suasana kelas tapi lagi lagi mereka hanya diam.
Suasana suram dikelas itu berlanjut hingga jam pelajaran selesai, mereka langsung berhamburan keluar sebelum Tatiana selesai berbicara. Tatiana mulai merasa lelah dan merasa energinya terkuras habis padahal ini baru satu kelas yang di ajarinya.
Berbeda dengan kelas sebelas kelas sepuluh yang akan diajarinya kosong. Seluruh anak kelas sepuluh berpencar entah kemana. Semua karna Tatiana yang terlambat satu jam saat masuk kekelas.
Tatiana yang masih baru bingung menelusuri lorong demi lorong mencari kelas sepuluh, dia tersesat saat seorang murid menunjukkan jalan padanya yang membuatnya semakin tersesat dan berujung dibelakang sekolah, Tatiana kembali ke awal dan berusaha menemukan sendiri kelas sepuluh.
Akibatnya Tatiana mendapat teguran keras di hari pertamanya. Staff pengajar senior dengan lipstick tebal berwarna merah bernama Bertha, memojokkannya didepan staff pengajar yang lain karna membiarkan murid murid berkeliaran di jam pelajaran.
‘Yang benar saja?! Bukan salahnya kalau dia tersesat salahkan sekolah ini yang seperti labirin!’ Teriak Tatiana dalam hati.
Tatiana bisa melihat beberapa penggemar fanatic Mr. Harold tertawa diatas penderitaannya. Tatiana mencoba sabar menghadapi rintangan dihari pertamannya.
Tatiana merebahkan badannya dikursi kerjanya. Hanya satu jam dia berdiri didepan kelas dengan semangat berapi api yang langsung padam begitu saja. Matanya menatap langit langit ruang guru yang berwarna putih dengan ukiran disudut sudutnya.
“cukup melelahkan, huh?”
Tatiana bangun memperbaiki cara duduknya, melihat seorang wanita yang berpenampilan sederhana dengan kacamata besar melekat diwajah ovalnya, tidak cantik tapi menarik itulah yang terpikir saat melihat Kelly, guru biologi.
Dia menaruh segelas air dingin didepan Tatiana sambil tersenyum. Tatiana membalas senyumannya dan meneguk air yang diberikan Kelly, melegakan dahaganya.
“awalnya memang seperti itu, dulu aku bahkan nyaris pingsan karna tak terbiasa dengan sekolah yang besar ini.”
Kelly memutar matanya teringat akan hari pertamanya mengajar.
“sudah berapa lama anda mengajar disini?” Tanya Tatiana sambil melihatnya yang duduk diatas meja kerja salah seorang pegawai laki laki disebelah Tatiana yang berdecak kesal padanya.
“tidak perlu formal, panggil saja aku Kelly. Aku mengajar pelajaran biology dan aku sudah mengajar selama satu tahun dua bulan.” Jawabnya sambil menyeruput teh yang beraroma melati yang menenangkan.
“Tatiana, aku mengajar pelajaran kimia.”
Tatiana mengulurkan tangan yang disambut hangat oleh Kelly. Tatiana bisa melihat cincin melingkar dijari manisnya.
“cincin yang cantik. Kau sudah menikah?” Tanya Tatiana penasaran, dilihat dari wajahnya Kelly hanya lebih tua beberapa tahun darinya.
“terima kasih. Bukan, ini cincin tunangan. Aku berharap kami bisa secepatnya menikah.” Jawab kelly dengan wajah memerah dan malu malu.
“ada yang tidak sabaran sepertinya, siapa pria beruntung ini?” Tanya Tatiana sambil mengedipkan mata pada Kelly membuat Kelly terkikik geli.
“dia bekerja di keluarga dawson tapi tidak disekolah ini.”
Bel kembali berdentang membuat pembicaraan mereka terhenti. Kelly kembali ke meja kerjanya untuk mengambil beberapa bahan pelajaran dan pergi meninggalkan Tatiana yang terperangah saat melihat nama nama murid kelas dua belas.
23. Taylor Dawson
Dawson? Tatiana menepuk dahinya, teringat Taylor yang memanggil Mr. Harold dengan sebutan paman.
Jadi dia anak Charlie dawson? Pendiri sekolah ini? Kepala Tatiana mulai berdenyut memikirkan semua masalah yang harus dihadapinya.
Dengan langkah gontai Tatiana menuju kelas dua belas yang berada di sayap kanan bangunan. Tatiana yakin Taylor tidak akan membongkar hubungan mereka. Dia sudah berjanji, pikir Tatiana.
Tatiana membuka pintu kelas dengan suara yang agak keras membuat semua tatapan focus menatapnya yang berjalan menuju meja guru yang berada didepan white board.
Tatiana berusaha untuk tidak melihat kearah belakang tempat dimana Taylor duduk, mengalihkan pandangannya dari mata emas Taylor yang terus menatap kearahnya. Tatiana menelan ludahnya mencoba membasahi tenggorokannya yang tiba tiba mengering.
Kelas itu mulai bising dan mengacuhkan Tatiana yang baru mulai memperkenalkan dirinya. Tatiana berusaha menenangkan kelas.
“ tolong tenang!”
“saya mohon tenang!” Tatiana terus berteriak dan tak ditanggapi sama sekali.
Tatiana mencoba menghela nafas dan sekuat tenaga memukul mejanya dengan buku tebal. Kelas kembali hening tapi hanya sebentar saat Seorang anak laki laki dengan tinggi yang begitu jauh dari Tatiana beberapa centi berdiri didepannya dan merangkul pundaknya.
“don’t be mad, mam. perkenalkan nama saya Josh. Pria paling di incar disekolah ini.”
Ungkapannya membuat satu kelas berteriak boo~ bersama dan ada beberapa yang melemparkan kertas kearahnya. Josh hanya tertawa menampakkan gigi gingsulnya.
“why? that’s true.”
Josh semakin erat memeluk pundak Tatiana. Tangan besarnya yang bebas sibuk memukul gulungan gulungan kertas yang dilempar kearahnya.
Tatiana berusaha mendorong tubuh Josh yang masih merangkulnya. Mengapa anak anak zaman sekarang tumbuh sebesar raksasa? Pikir Tatiana.
Tawa satu kelas mendadak berhenti saat Taylor menendang mejanya hingga terbalik dan menatap kearah Josh.
Josh perlahan melepaskan rangkulan tangannya dari pundak Tatiana. Mengangkat kedua tangan seperti orang yang menyerah dengan wajah bingung melihat raut muka temannya yang berubah bengis.
“saya permisi, mam.” Taylor menyebutkan kata terakhir dengan suara berat dan pelan. Alis tebalnya melengkung menatap Tatiana dengan tajam membuat bulu kuduk Tatiana meremang, diapun pergi meninggalkan kelas yang hening.
“ada apa denganya?” Tanya josh yang terperangah bertanya dengan murid yang duduk di sebelah Taylor yang hanya diam sambil memegang sebuah buku ditangannya.
“sakit perut sepertinya.” Teriak anak laki laki yang duduk dimeja depan sambil terkikik. Josh memukul meja menghentikan suara kikikan anak laki laki itu.
“kalian semua terlalu berisik. Membuatnya sakit kepala.”
That’s sunshine Barbie yang pernah ditemui Tatiana diruang kesehatan. Memandang cermin yang dipegangnya sambil melentikkan bulu matanya dengan jari telunjuk.
“diamlah Viona.” Laki laki yang duduk disebelah Taylor akhirnya berdiri. Kemudian melangkah menuju pintu kelas.
“saya juga permisi, mam.”
Tatiana yang masih bingung dengan suasana kelas yang tiba tiba tegang dan mencekik, hanya bisa mengangguk.
“aku ikut denganmu, Alan.” Teriak Josh yang dengan cepat bergerak kearah Alan.
“tetap disini, Josh. Lakukan seperti yang dia perintahkan padamu.” Josh hanya diam sambil berdecak melihat temannya itu pergi.
“ hello~ bisa kita mulai dengan tenang sekarang?”
Tatiana mencoba menjernihkan suasana tapi pertanyaan konyol itu malah membuatnya menjadi sasaran empuk mereka.
“lakukan seperti yang dia minta, guys.” Jawab Josh dengan senyum yang membuat Tatiana muak dan merasa lelah luar biasa.
***
Taylor duduk diatas lantai paling atas menikmati angin yang menyejukkan hatinya yang panas. Taylor mengeluarkan bungkusan rokok dari saku celananya. Menghisap tembakau yang mulai menghilangkan perasaan yang mengganggunya.
Dirinya benar benar tak mengerti apa yang menghantui pikirannya sekarang. Dialah yang menyuruh Josh, mengatakan pada seluruh murid untuk mengerjai Tatiana. awalnya hanya memberi pelajaran pada Tatiana yang berani kabur untuk yang kedua kalinya dari genggaman Taylor.
Amarah itu sudah menghilang besoknya tapi saat melihat wajah Tatiana yang tertawa dengan pamannya, seperti mereka berdua mempunyai rahasia yang tak diketahuinya. membuat sesuatu yang asing seperti dalam diri Taylor pecah dan itu membuatnya jengkel setengah mati.
Tapi saat melihat wajah Tatiana yang kebingungan menghadapi teman temannya membuat Taylor mulai kasihan dan simpati, tapi harga dirinya menolak.
Taylor benar benar tidak bisa mengerti apa yang di inginkan dirinya sendiri. Amarahnya meledak tiba tiba saat melihat ada orang lain yang menyentuh Tatiana.
Dengan frustrasi Taylor menanggalkan jas sekolah dan dasinya. Tangan besarnya terus mengacak acak rambut coklat keemasannya. Dengan cepat dua putung rokok berserakan didekatnya.
Alan yang baru datang menyusul Taylor langsung mengambil rokok dari mulut Taylor dan menghisapnya. Taylor hanya menatap Alan yang membalas menatapnya dengan wajah datar, asap rokok keluar dari mulutnya.
“what?” Tanya Alan. Tangannya menyilang didepan dadanya.
“berhentilah bertingkah laku seperti robot, tampang jelekmu semakin jelek.” Ejek Taylor merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata menghalau sinar matahari yang menusuk matanya.
“apa kau mengenal guru baru kita?”
Alan mencium sesuatu dari gelagat Taylor yang aneh dari awal pertama masuk. Tiba tiba memerintahkan seluruh sekolah menyambut atau lebih tepatnya mengerjai guru baru itu. Tapi Sikapnya tegang dan tak menikmati sama sekali permainan yang digelarnya.
Biasanya Taylor akan berpartisipasi aktif setiap dia memerintahkan seluruh sekolah untuk mengerjai seseorang, dan menunjukkan kepada seluruh sekolah kebengisannya. menebarkan teror kepada murid murid disekolah Dawson bahkan disekolah lain yang menantangnya.
Taylor terkadang seperti monster yang haus darah. Alan pernah melihat Taylor hanya dengan sebuah tongkat kayu menghabisi sekumpulan anak sekolah lain yang menyudutkannya.
Dia menikmati setiap tetes darah yang keluar dari lawannya, entah kenapa matanya berubah tak focus dan terlihat lebih tajam membuatnya tampak mengerikan.
Bodyguardnya berusaha keras menghentikan tangan Taylor yang terus bergerak memukul tubuh lawannya yang berada dibawah tubuh Taylor, sama sekali tak berdaya dan babak belur.
“kau membuat mereka bingung. Apa ini harus dilanjutkan?” Tanya Alan sekali lagi, memijak putung rokok yang masih menyala.
Alan menghela nafas kemudian ikut merebahkan diri disamping Taylor yang tidak mau menjawabnya.
****
Bel sekolah berdentang cukup lama menandakan waktu pulang. Ruang gurupun mulai kosong hanya Tatiana yang duduk sendiri dimeja kerjanya.
Tatiana mencoba mengatur nafasnya yang masih terengah engah akibat berteriak mencoba mendiamkan kelas dua belas yang seperti diterjang angin topan.
Semua gara gara murid yang bernama Josh yang berlagak seperti seorang letnan memberikan perintah kepada teman temannya untuk berulah. Waktu jam pelajaran Tatiana habiskan untuk berteriak dan memukul mukul meja meminta mereka diam.
Tatiana merasa lega sekaligus kecewa melihat Taylor yang meninggalkan kelas begitu saja. Menatap mata emasnya yang terlihat marah saat membuka pintu.
Tatiana mengurut telapak tangannya yang terasa kebas akibat terlalu keras memukul meja. Tatiana kemudian mengambil tasnya dan berjalan keluar. Mr. Harold berdiri didepan pintu ruang guru sambil tersenyum kepada Tatiana.
“anda belum pulang, sir?” Tanya Tatiana sambil membalas senyum cerah Mr. Harold.
“aku menunggumu.”
Detak jantung Tatiana berdegup kencang menerima serangan Mr. Harold.
“aku hanya bercanda. Kebetulan pekerjaanku baru selesai.”
Mr. Harold tertawa melihat eksperesi gugup Tatiana berubah kemudian cepat cepat tersenyum canggung padanya.
“ aku juga mendengar tentang kelas sepuluh yang kabur saat jam pelajaranmu.” Detak jantung Tatiana semakin menciut.
“maafkan saya Mr. Harold.”
Tatiana tidak ingin memberikan alasan, karna memang semua yang terjadi murni kesalahannya yang terlambat masuk ke kelas sepuluh. Tatiana menatap high heelsnya yang tiba tiba menarik untuk dilihat.
“tidak perlu minta maaf Miss. Wald.” Jari telunjuk Mr. Harold mengangkat dagu Tatiana. Jantung Tatiana seperti akan meloncat keluar saat itu juga.
“ Kau hanya perlu beradaptasi.” Mr. Harold melepaskan jarinya dari dagu Tatiana kemudian menepuk ringan pundak Tatiana yang lesu.
Mereka berjalan bersama sama sampai gerbang sekolah. Mereka berdua tak sadar ada seseorang dibelakang mereka yang menatap punggung mereka dengan marah.
“jadi?” Tanya Alan yang dari tadi berada dibelakang Taylor yang hanya diam. Dua Minuman kaleng yang berada ditangannya remuk.
“lanjutkan, kali ini tidak perlu ada rasa kasihan lagi.” Alan bisa mendengar suara geraman dari tenggorokan Taylor.
_____________________________
Sorry semua, saya baru bisa update sekarang. ^^"
cerita di chap ini emang sengaja ditarik ulur (udah kaya' maen tarik tambang aja) supaya bisa mengingatkan kembali mengenai cerita sebelumnya yang udah lama banget.
okey dah segitu aja ditunggu vommentnya^^
salam hangat
diana.w
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar