Minggu, 09 Februari 2014

Hurt Enough (epilog)


Hai hai
Akhirnya masuk juga ke epilog cerita HURT ENOUGH walaupun nggak ada prolog...hihihi^^
Terima kasih atas semua komen dan votenya dicerita HE sehingga cerita ini dapat selesai karna komen kalian sebagai bahan bakar motivasiku dan akhir cerita ini KUDEDIKASIKAN UNTUK KALIAN SEMUA YANG MENYUKAI CERITA INI^^
Silakan dibaca mudah mudahan suka dengan ending ceritanya dan ditunggu komentnya diakhir cerita ini^^
Selamat membaca dan sampai jumpa dicerita Karma Circle yang nantinya akan sering kedatangan pasangan Joanna dan Kyle ^^
Salam hangat
Diana.w
___________________________
Peringatan!
Edisi dewasa
Bagi yang belum akil baliq
diharapkan untuk tidak membaca cerita ini
____________________________
Aku kembali kerumah perkebunan Kyle, yang sekarang sudah terlihat lebih baik dari saat terakhir kali aku menginap disini. Aku tersenyum senang menatap Kyle yang tertidur pulas disampingku. Cintaku yang bertepuk sebelah tangan kini sudah berbalas dengan indah.
Aku mengecup bibirnya kemudian bangkit dari tempat tidur. Memakai kemeja kotak kotak Kyle yang berserakan dilantai. Menuju dapur untuk membuatkan sarapan. Aku menatap keluar menikmati aroma pagi yang sejuk.

Ilalang yang tinggi dibelakang rumah kini sudah tak ada digantikan pemandangan indah dari Padang rumput yang luas. Tampak dua anjing besar sedang berlarian dikejar seorang anak muda yang memakai sepatu bot berwarna cokelat lumpur tangannya memegang sebuah tali.

Aku tertawa geli menatap mereka sambil menyeruput Tehku yang masih panas. Sebuah lengan melingkar diperutku membuat tehku terlonjak akibat kaget.

Kyle berdiri dibelakangku bertelanjang dada dan hanya memakai celana jins yang tidak di kancing. Aku menoleh kebelakang dan melihat rambutnya yang berantakan.


Hidungnya mulai menyentuh leherku dan relung antara leher dan bahuku. Aku terkesiap saat Kyle menggigit bahuku yang ditutupi kemejanya.

"Kau melihat laki laki lain saat aku tidak ada?" pertanyaannya membuatku memutar mata.

"Dia itu Victor, Kyle. Aku tidak mungkin berpikiran yang aneh aneh padanya." jawabku. Kyle menjilat bahuku yang digigitnya sambil bergumam tak jelas. Gigi Kyle kembali menggigit belakang telingaku.

"Kalau begitu, bagaimana dengan pria tinggi yang selalu menjemputmu dengan setelan jas lengkap." aku mengeryit mengingat pria yang diceritakan Kyle.

"Oh. Artie." jawabku. Kyle langsung memutar tubuhku untuk menghadapnya. Mata abu abunya menyipit menilaiku.

"Artie? kau menyebut namanya seperti kalian sudah berhubungan cukup lama." Kyle mengurung tubuhku.

"Ya. Artie dan aku memang sudah mengenal cukup lama." Dahi Kyle berkerut terlihat tidak suka dengan apa yang kukatakan.

"Kau cemburu?" tanyaku terperangah melihat raut muka Kyle yang cemberut. Aku terkikik geli melihat tingkahnya, ya ampun bagaimana mungkin Kyle cemburu pada pamanku.

"Tentu saja aku cemburu. Kau kan milikku." jawabnya dengan tegas membuat perutku semakin geli karna menahan tawa. Kyle mencubit hidungku.

"Berhenti menertawakanku dan ceritakan siapa Artie ini?" aku menggeleng.

"Tidak mau. Aku suka melihatmu cemburu." Tanpa aba-aba Kyle langsung menggendong tubuhku masuk kekamar.

"Apa yang kau lakukan? aku belum membuat sarapan."

tubuhku terjatuh diatas tempat tidur yang kusut karna kegiatan kami tadi malam. Kyle langsung mengurungku dengan tubuh besarnya, kulit kecoklatannya terlihat bersinar karna cahaya matahari pagi yang menyeruak melalui jendela.

"Tidak perlu, karna aku sedang menikmati sarapanku sekarang." Kyle langsung memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Menggoda lidahku untuk mengikuti iramanya.

Selama tiga hari setelah kami bertemu, Kyle tak pernah berhenti untuk menyentuhku. Dia akan mencuri ciuman dariku setiap kami keluar. Tangannya selalu melingkar dipinggang dan pundak ku.

Kyle terkadang terlihat seperti anak kecil yang terus menyeringai ketika mendapatkan hadiah kesukaannya saat melihatku.

Aku benar benar senang dengan sikapnya apalagi perhatiannya tapi itu juga membuatku kewalahan saat dia terus menyentuhku didepan umum walaupun hanya sekedar ciuman ringan yang membangkitkan gairahku dan dia tahu itu.

Kyle sengaja melakukannya untuk menggodaku dan saat kami dirumah dia tak akan membiarkan aku berada jauh darinya. Menggoda tubuhku hingga meleleh dan membuat jantungku berdegup tak karuan.

Lihat saja senyumannya itu, menatapku yang kehabisan nafas dibawahnya akibat ciuman panas yang diberikannya. Kyle merapikan rambut yang menutupi wajahku.

"Aku mencintaimu." jantungku langsung berdegup kencang dan pipiku mulai memanas setiap kali dia mengatakan itu. Kyle kembali memanggut bibirku, menggigitnya kemudian menjilatnya untuk mengurangi rasa sakit. Lidahnya masuk lagi merasakan rongga mulutku, menggeliat menyentuh lidahku.

Tanganku naik melingkar dilehernya, membawa kepalanya semakin dekat padaku. Tangan Kyle membuka kancing kemeja ditubuhku satu persatu. Bibirnya turun mencium leherku, menghisap untuk meninggalkan tanda kepemilikannya.

Kyle membuang kemeja kelantai. Mata abu abunya menatap rakus tubuh polosku membuat pipiku semakin memerah. Seringaian mulai terbentuk diwajahnya.

"Kau cantik, my geliebthe" Kyle mengambil tanganku dan mengecup telapak tanganku.

"aku selalu ingin mengatakan ini dari dulu. Kau cantik dan kau milikku." aku mengerang ketika Kyle menggigit telunjukku.

Kyle membawa kedua tangannya untuk menyentuh payudaraku. Ibu jarinya melintasi bolak balik putingku, membuatku terkesiap. Kyle menyeringai melihat responku.

Kepalaku terkulai kebelakang ketika mulut Kyle menutupi putingku menggantikan tangannya yang kini mengelus pinggangku. Kyle menjentikkan dan memutarkan lidahnya diatas putingku, membuatnya mengeras. Tangan kyle yang lain tetap membelai payudaraku yang lainnya.

Aku tak dapat menahan teriakan kenikmatan yang keluar dari bibirku. Secara otomatis jemariku membelit rambut Kyle yang berantakan, menarik dan mencengkeram tiap helai rambutnya saat kenikmatan menghantamku.

Rasa sakit diantara pahaku meningkat dan aku tahu jika Kyle menyentuhku disana, dia akan menemukanku yang basah karna membutuhkan dirinya.

Seakan dapat membaca pikiranku, tangan Kyle yang berada di pinggangku turun membenamkan jemarinya diantara pahaku.

Aku terengah-engah saat jemari Kyle menyentuh gundukan kecil di kewanitaanku yang sensitif. Tanpa sadar pinggulku melengkung kearah tangan Kyle.

"Kau menyukainya?"

"Hmmm." gumamku tak jelas

"Aku menganggapnya sebagai iya." balas Kyle sambil tertawa dan turun menciumi dan menggigit paha dan kakiku.

Aku menutup mata karna gairah ketika jemari Kyle menyusup kedalam diriku, lidahnya menggantikan tangannya menggoda gundukan kewanitaanku yang sensitif.

Tanganku dengan kuat mencengkeram seprai. Pinggulku menggeliat mengikuti irama saat jari dan lidah Kyle keluar masuk kedalam diriku. Kyle mengirimku ke tepian orgasme dan aku klimaks dengan keras.

Kyle bangkit melepaskan celana jeansnya, memberikan ku sebuah pemandangan yang membuatku kembali meleleh saat melihat ereksinya yang sudah siap.

Kyle berlutut diantara kakiku kemudian mendekat mencium dahiku yang penuh keringat karna pelepasan yang kudapat.

"Aku akan melakukannya lembut dan perlahan kali ini." Kyle kembali memposisikan dirinya diantara pahaku. Dengan perlahan, Kyle mulai masuk kedalam diriku membuatku mendesah penuh kenikmatan saat Kyle mengubur jauh kedalam diriku.

"Aku mencintaimu." Dengan perlahan, Kyle menarik keluar lalu mendorong masuk kembali kedalam diriku dengan ritme yang lembut dan manis.

Setiap hujaman Kyle selalu diselingi dengan kecupan disekujur tubuhku bibirnya terus menyuarakan pernyataan cintanya. Membuat tubuhku semakin basah kuyup.

Kyle mengangkat kedua kakiku keatas dadanya dan mengarahkannya kepundak Kyle. Aku mengerang saat Kyle menyentakkan kejantanannya lagi kedalam diriku. Kyle menyeringai puas saat berada di dalam diriku dan aku tahu akupun merasakan hal yang sama.

Kyle mengerang saat posisi kami sekarang membawa kejantanan Kyle masuk lebih dalam lagi. Erangan dan desahanku seperti memicu Kyle untuk mendorong kedalam diriku semakin kuat dan cepat melupakan cara bercinta yang perlahan.

Kyle kembali melebarkan pahaku dan membawa kami kembali keposisi awal. Kyle menatap dan memelukku saat orgasme kembali datang padaku. dinding kewanitaanku mencengkeram kuat sekeliling kejantanan Kyle, membuat Kyle berada di tepian klimaksnya. Kyle mendorong sekali lagi dan berteriak sebelum ambruk diatas tubuhku.

Kami berbaring bersama saling memeluk berusaha mengatur nafas.

"setahun ini aku benar benar merindukanmu" gumam Kyle ditelingaku sambil membawa tubuhku yang lemas berbaring diatasnya.

"Aku juga." Jawabku sambil mengelus pipinya.

"Aku ingin membawamu menemui keluargaku hari ini." perkataan Kyle membuatku bangkit dari tubuhnya.

"Kau serius?" Kyle mengangguk sedih menatap payudaraku yang membengkak karna perbuatannya. Punggung jarinya mengelus tanda merah didekat putingku akibat gigitannya.

"Kau tidak mau?"

"Jangan bodoh tentu saja aku mau tapi aku tidak memiliki pakaian layak untuk bertemu keluargamu." tangan Kyle naik menangkup pipiku.

"Mereka tidak akan memperdulikan hal itu." Kyle membawa tubuhku mendekat untuk kembali berbaring disisinya.

****

Aku benar benar tak menyangka yang dimaksud bertemu keluarga Kyle adalah menemui batu nisan mereka.

"Semua perkenalkan ini Joanna, calon istriku." Kyle tersenyum menatapku yang terperangah.

"Kau tidak mau menjadi istriku?" Kyle menaikkan kedua alisnya menunggu jawabanku.

"Tentu saja aku mau tapi seharusnya kau melamarku dulu sebelum memperkenalkan aku sebagai calon istri pada keluargamu." kusilangkan kedua tanganku didepan dada menatap kesal pada Kyle yang tersenyum menggodaku.

Tiba tiba Kyle berjongkok didepanku dan mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Oh, tidak! Hatiku berdegup dengan kencang tak menyangka akan perbuatan Kyle.

" will you marry me?" mata Abu abu Kyle menatapku lekat. aku masih terdiam.

"say yes, plese." alisnya mengeryit memohon padaku. Oh, Tuhan aku benar benar tak pernah bisa menolak apapun yang diminta laki laki ini.

"Yes, i will" wajah Kyle langsung sumeringah senang mendengar jawabanku kemudian menciumku.

"Ini cincin milik grandma. Dia pasti senang kalau kau mau memakainya walaupun modelnya sudah tua." aku berjinjit membalas ciuman Kyle dan menyodorkan tanganku padanya. Kyle dengan tersipu malu memakaikan cincin Kejari manisku.

"Aku ingin membawamu kesini dengan pakaian pengantin, Nora dan grandma pasti takjub melihat kecantikanmu" Kyle mengecup lembut dahiku.

Aku berusaha menahan airmataku saat membayangkan Kyle yang sebatang kara merindukan keluarganya. Kupegang erat baju Kyle tak ingin melepaskannya.

"Ayo, ada satu orang lagi yang ingin aku pertemukan padamu." Kyle menggenggam tanganku.

*****

Aku menangis dalam pelukan Kyle. Tak sanggup membayangkan Kyle kecil dan Nora yang hidup dengan orang tua yang memiliki kelainan jiwa.

Kyle dan Nora yang membutuhkan kasih sayang orang tua tapi malah dipukuli dan dikasari. Aku tidak sanggup melihat lagi, tak sanggup membayangkan kehidupan Kyle saat kecil sedangkan Kyle terus menepuk nepuk ringan punggungku saat berada didalam mobilnya.

"Kenapa menangis Joanna?" tanya Kyle sambil mencium puncak kepalaku. Aku menggeleng semakin menyerukan kepalaku kedadanya. Kyle menepikan mobil bingung saat aku terus menangis sepulang kami dari tempat ibunya.

"Apa kau sedang tidak enak badan?" aku menggeleng.

"Apa ini ada hubungannya dengan keluargaku. "

Tubuhku kaku dalam pelukannya. Kyle menghela nafas mendorong tubuhku kebelakang.

"Apapun bentuknya dan apapun yang Kualami dari kecil saat bersama mereka. Mereka tetaplah keluargaku. Aku mencintai mereka tanpa pamrih begitu juga sebaliknya terlepas dari kekurangan yang masing masing kami miliki."

Kyle tersenyum lemah membuatku semakin mencintainya, aku kembali memeluk tubuh Kyle.

"I love you."

"I always love you." balas Kyle sambil mencium kepalaku. Tangannya naik menepuk nepuk pelan punggungku.

****

Dua bulan kemudian, Kami berdiri gugup diruang tamu rumahku. Dad tampak marah dan kesal melihat kehadiran Kyle begitu juga dengan Artie sedangkan mom tampak gelisah duduk disebelah mereka.

"Apa yang dilakukan pria berkacamata itu disini?" bisik Kyle dengan geram. Aku lupa menjelaskan status Artie pada Kyle membuatku semakin gugup.

"Kalian tidak bercandakan saat mengatakan pernikahan? hal itu sangat sakral dan bukan permainan yang dilakukan kedua bocah seperti kalian!" Dad menghempaskan meja membuat kami semua tersentak.

"Dad kami bukan anak kecil lagi.." Kyle menghentikanku. Dia berdiri didepanku dan menunduk.

"Saya tahu apa yang saya lakukan dulu adalah salah tapi bisa saya pastikan pada Anda kalau saya tak pernah ingin menyakiti putri Anda dan saya ingin membahagiakannya karna dialah satu satunya membahagiakan hidup saya. Saya mohon berikanlah saya kesempatan untuk menunjukkan saya pantas berada disamping putri anda."

Aku benar benar terharu saat Kyle mengucapkan kata katanya dengan suara yang dalam dan sungguh sungguh membuat hatiku semakin bangga padanya.

"Aku tidak akan pernah menyetujui mu sebagai menantuku."

Dad bangkit dan meninggalkan kami masuk kedalam kamar. Sedangkan mom menyentuh pipi Kyle dan mengangguk dengan senyuman lemah dibibirnya kemudian mengikuti dad masuk kedalam kamar.
Tanganku mengusap lengan Kyle yang tampak tegang. Ini akan menjadi lebih rumit kedepannya, aku berharap Kyle tidak akan menyerah.

"Masuk kekamarmu Joanna, aku ingin bicara empat mata dengan kekasihmu."
Artie tampak menjulang didepanku. Aku menggeleng semakin mendekat pada Kyle.

"Kau tidak punya hak memerintahnya, dirumahnya sendiri." desis Kyle membentengiku dari amarah Artie.

"Tentu saja aku punya hak terhadapnya. Aku ini pamannya, adik kandung ibunya yang selalu bersamanya dari dia bayi dan kau orang luar jangan mendikte apa yang boleh dan tidak boleh aku kerjakan." suara Artie berat menahan kekesalannya akibat sikap Kyle.

Sontak Kyle kaget dan melihatku yang semakin merunduk dipunggungnya. Dahi Kyle semakin berkerut saat melihat anggukan dan senyuman lemahku. Kyle memelukku kemudian mendorong tubuhku untuk masuk kedalam kamar.

"Ikuti kata kata pamanmu. Aku akan menjemputmu besok ditempat kerja."

Artie menunggu Kyle dipintu luar. Kyle menghela nafas saat beranjak mendekati Artie dan meninggalkanku yang cemas melihat kepergiannya.

****

Besoknya aku terkejut mendapati wajah Kyle yang terluka dan membiru. Kyle hanya tersenyum sambil mengatakan kalau kemarin adalah urusan laki laki.

Aku tentu saja marah marah terhadap Artie dengan melakukan kekerasan seperti ini tidak akan menyelesaikan apapun.

Kyle hanya memelukku dan tertawa melihat tingkahku. Kyle mengatakan hubungannya dengan Artie malah menjadi lebih baik setelah adu jontos dan benar saja Artie datang kerumah, berbicara pada dad untuk menyetujui hubungan ku dengan Kyle.

Kemarahanku tentu saja langsung sirna dan menganggap apa yang dilakukannya terhadap Kyle impas. aku bertanya kepada Artie mengapa dia menyetujui hubungan kami?

"Karna aku tahu dia tidak akan pernah membuatmu menangis. Kau tahu kenapa dia babak belur dan aku tidak?" aku menggeleng dan mengatakan kalau Kyle tidak menceritakan apapun soal itu.

"Karna dia tidak ingin membuatmu menangis karna telah melukai pria yang paling berharga bagimu." jawab Artie dengan senyum senang saat mengatakan kalau dia adalah pria yang paling berarti bagiku.

"Paling berharga nomor tiga setelah dad dan Kyle sendiri." protesku sambil terkikik.
Kyle selalu datang menjemputku, kami menghabiskan waktu berjalan dan melakukan kencan seperti
pasangan lainnya dan Kyle selalu memulangkanku kerumah tepat waktu untuk menunjukkan kepada dad kalau dia adalah laki laki yang bertanggung jawab.

Butuh waktu sampai tujuh bulan lebih untuk dad mulai luluh dan menyetujui hubungan kami. Semua berkat mom dan Artie yang membantuku menyakinkan dad.

Dan di sinilah kami berdiri didepan altar saling mengucapkan janji setia seumur hidup.

Sehabis dari acara Kyle langsung membawaku yang masih memakai pakaian pengantin kemakam keluarganya sebelum kami pergi untuk bulan madu.

"Aku berhasil menikahinya grandpa. Aku tahu pengantinku sangat cantik. aku berharap kalian ada disini dan merasakan kebahagiaanku."

Aku memeluk pinggang Kyle yang mulai terisak menangis. Kyle buru buru melap airmatanya dengan punggung tangan tersenyum menatap wajahku.

"Kau ingin mengatakan sesuatu pada mereka?" aku mengangguk.

"Aku berjanji akan selalu membahagiakan Kyle. Selalu mendampinginya dalam keadaan suka dan duka dan selalu mencintai kekurangan dan kelebihannya. kalian tidak perlu cemas lagi dan bisa beristirahat dengan tenang."

Kyle tersenyum menyentuh daguku. bibirnya mencium bibirku dengan lembut.

"Thank you. I will always love you until the end of my life. I promise." Kyle kembali menciumku.

*****

Kyle mendudukkanku diatas balkon beranda kamar hotel yang menghadap pantai. Angin malam menerbangkan rambutku. Kyle yang berada dibelakangku menahan rambutku untuk tidak berantakan.

"Helena bilang dia tidak akan pernah mau menikah, karna dia tidak ingin mengurus semua tetek bengek keperluan seorang suami." aku terkikik saat teringat helena yang menyuruhku untuk berpikir dua kali sebelum menikah dengan Kyle. wajahnya saat itu benar benar lucu.

"Aku berharap dia menemukan laki laki baik yang mau mengajarinya cara menghargai dan menghormati orang lain." ketus Kyle. Dagu Kyle bersandar dibahuku.

Kami menatap langi malam yang indah dihiasi kerlap kerlip cahaya bintang dan bulan sabit yang bertengger diatas laut. Desiran ombak dan angin sejuk menerpa kami. Jari jariku menyelusup ke relung jari jari Kyle, mengaitnya.

"Kyle, aku benar benar menyukai kisah cinta kita. Tentu saja kisah kita sangat berantakan. Tapi kisah ini yang membawa kita bisa sampai disini." aku bersandar ketubuh Kyle.

"Kau mau tahu akhir kisah si permata pertama?" tanya Kyle sambil mengecup bahuku. Aku mengangguk teringat dengan cerita itu lagi.

"Akhir kisah itu adalah 'kau'. akan selalu dirimu my pearl." Aku benar benar senang dan menoleh untuk melihat seringaian diwajah Kyle. Kyle mencium hidungku kemudian turun ke sudut bibirku.

"Mari kita masuk kedalam kamar." seruku sambil memeluk tubuhnya yang tertawa.

~ **~THE END~**~

2 komentar:

Anonim mengatakan...

omg~ ga tau mau komen apa, aku baru komen di part akhir :D thanks buat authornya hehehe
keren banget, jadi pengen bener-bener ngerasain jadi Joana :D *nyengir kuda*

tapi, satu lagu yang selalu aku denger ketika baca Novel ini ---> After Long Time (OST Rooftop Prince) Famale/Mae version tu keren banget :D

Unknown mengatakan...

makasih sis udah mau baca cerita pendekku yang gaje ini^^

moga sis ngalami happy ending seperti yang dirasain Jo ^^

aku suka banget ama drama ini lucu dan romancenya gimana gitu an ostnya masuk kedalam playlist aku

baca cerita gaje aku yang lainnya ya sis^^